Tulisan Lain
Menunggu...

13 November 2015

Belajar Cinta dari Pythagoras, Graham Bell, Alva Edison, dan Para Penemu Lainnya

“Saya tidaklah ahli pengetahuan, karena ahli pengetahuan itu khusus bagi Tuhan saja. Saya adalah filosof, yakni pencinta ilmu pengetahuan.”Pythagoras (w. 497 SM)
Kata tersebut digunakan sebagai reaksi terhadap orang yang menamakan dirinya ahli pengetahuan. Manusia, menurutnya, tidak akan mampu mencapai pengetahuan secara keseluruhan walaupun akan menghabiskan semua umurnya. Oleh sebab itu, yang pantas bagi manusia ialah pencinta pengetahuan (filosof).
*****

Telah kita ketahui bersama, bahwasannya manusia bernafas menghirup oksigen (O­­), dan menghembuskan karbonsdioksida (CO2).
Sementara uap air (H2O).
Menurut reaksi kimia, jika uap air bereaksi dengan karbondioksida akan membentuk senyawa asam karbonat (Carbonic Acid) yang bersifat asam.
H2O + CO2 = H2CO3
Dalam penjelasan yang rumit dan mendetail oleh para peneliti, bahwasannya jika kita meniup makanan panas yang notabene beruap atau mengandung senyawa (H2O), maka terjadilah reaksi kimia seperti yang diatas.
Perlu kita ketahui juga, bahwasanya dalam darah kita juga mengandung senyawa H2CO3. Tentu kurang baik bagi tubuh bila melakukan hal yang demikian itu.
Akibat yang ditimbulkannya dari aktivitas tersebut, yaitu si individu bisa merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bahkan jika memburuk, tekanan darah si penderita dapat menurun, menyebabkan syok, koma, dan bahkan kematian.
Dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasannya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya.” (HR. At-Turmudzi dan dishahihkan oleh albani)
Pun tak jauh beda, dengan hadits anjuran makan setelah merasakan lapar dan berhentilah makan sebelum merasakan kenyang.
Penelitian dewasa ini, menemukan teori, bahwa perut kita merasakan kekenyangan atau tingkat kenyang adalah 20 menit setelah kita berhenti makan. Jadi, kita merasakan kenyang bukan saat itu juga, melainkan 20 menit kemudian. Terbayang saat kita berhenti makan karna kekenyangan, bagaimana keadaan 20 menit setelahnya.
*****
Keindahan pengetahuan akan kita rasakan bila kita menempatkan pada kadar-kadar kecintaan, bukan untuk menjadi ahli lalu hati kita sombong.
Kita diajari oleh om Pythagoras sejak berabad-abad sebelum masehi tentang ke-Esaan Tuhan yang dalam Islam disebutnya Tauhid. Beliau tak mengaku dirinya ahli dalam ilmu pengetahuan namun hanya seorang pencinta ilmu yang menteorikan perhitungan segitiga siku-siku a2+b2=c2.
Pun pada penemuan mesin uap oleh James Watt asal Inggris, penemu telepon Alexander Graham Bell, seorang Thomas Alva Edison yang menemukan bola lampu dan proyektor film, kemudian penemu televisi J.L. Baird & C.F. Jenkins asal Inggris yang belakangan media televisi sangat mendesak peradaban manusia pada era konsumtif yang modern.
Dengan kerendahan hati atas cinta pada keilmuannya, mereka menyebut sebagai penemu, bukan pencipta.

Akan tetapi abad ke-21 ini, mereka para sarjana-sarjana gelar doktor menyebut dirinya pakar, ahli, dan lain sebagainya. Tentu bukan semuanya begitu, dan tentu pula tak yang sedikit seperti itu.

Oleh: Joko Wahyu Sampurno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan yang sering dibaca...

Template developed by Confluent Forms LLC; more resources at BlogXpertise