“Saya tidaklah ahli pengetahuan,
karena ahli pengetahuan itu khusus bagi Tuhan saja. Saya adalah filosof, yakni
pencinta ilmu pengetahuan.”Pythagoras (w. 497 SM)
Kata tersebut digunakan sebagai
reaksi terhadap orang yang menamakan dirinya ahli pengetahuan. Manusia,
menurutnya, tidak akan mampu mencapai pengetahuan secara keseluruhan walaupun
akan menghabiskan semua umurnya. Oleh sebab itu, yang pantas bagi manusia ialah
pencinta pengetahuan (filosof).
*****
Telah kita ketahui bersama,
bahwasannya manusia bernafas menghirup oksigen (O2), dan
menghembuskan karbonsdioksida (CO2).
Sementara uap air (H2O).
Menurut reaksi kimia, jika uap air
bereaksi dengan karbondioksida akan membentuk senyawa asam karbonat (Carbonic
Acid) yang bersifat asam.
H2O + CO2 = H2CO3
Dalam penjelasan yang rumit dan
mendetail oleh para peneliti, bahwasannya jika kita meniup makanan panas yang
notabene beruap atau mengandung senyawa (H2O), maka terjadilah
reaksi kimia seperti yang diatas.
Perlu kita ketahui juga, bahwasanya
dalam darah kita juga mengandung senyawa H2CO3. Tentu
kurang baik bagi tubuh bila melakukan hal yang demikian itu.
Akibat yang ditimbulkannya dari
aktivitas tersebut, yaitu si individu bisa merasakan kelelahan yang luar biasa,
rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bahkan jika memburuk,
tekanan darah si penderita dapat menurun, menyebabkan syok, koma, dan bahkan
kematian.
Dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasannya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bernafas pada bejana minuman atau
meniupnya.” (HR. At-Turmudzi dan dishahihkan oleh albani)
Pun tak jauh beda, dengan hadits
anjuran makan setelah merasakan lapar dan berhentilah makan sebelum merasakan kenyang.
Penelitian dewasa ini, menemukan
teori, bahwa perut kita merasakan kekenyangan atau tingkat kenyang adalah 20
menit setelah kita berhenti makan. Jadi, kita merasakan kenyang bukan saat itu
juga, melainkan 20 menit kemudian. Terbayang saat kita berhenti makan karna
kekenyangan, bagaimana keadaan 20 menit setelahnya.
*****
Keindahan pengetahuan akan kita
rasakan bila kita menempatkan pada kadar-kadar kecintaan, bukan untuk menjadi
ahli lalu hati kita sombong.
Kita diajari oleh om Pythagoras
sejak berabad-abad sebelum masehi tentang ke-Esaan Tuhan yang dalam Islam
disebutnya Tauhid. Beliau tak mengaku dirinya ahli dalam ilmu pengetahuan namun
hanya seorang pencinta ilmu yang menteorikan perhitungan segitiga siku-siku a2+b2=c2.
Pun pada penemuan mesin uap oleh
James Watt asal Inggris, penemu telepon Alexander Graham Bell, seorang Thomas
Alva Edison yang menemukan bola lampu dan proyektor film, kemudian penemu
televisi J.L. Baird & C.F. Jenkins asal Inggris yang belakangan media
televisi sangat mendesak peradaban manusia pada era konsumtif yang modern.
Dengan kerendahan hati atas cinta
pada keilmuannya, mereka menyebut sebagai penemu, bukan pencipta.
Akan tetapi abad ke-21 ini, mereka
para sarjana-sarjana gelar doktor menyebut dirinya pakar, ahli, dan lain
sebagainya. Tentu bukan semuanya begitu, dan tentu pula tak yang sedikit
seperti itu.
Oleh: Joko Wahyu Sampurno
Oleh: Joko Wahyu Sampurno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar