Tulisan Lain
Menunggu...

15 November 2015

Resume Buku Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan

Oleh: Joko Wahyu Sampurno

BAB I (MENGAPA PERLU ADA SUPERVISI)

Pengertian Supervisi. Menurut Sergiovanni (1971, hal 10), supervisi lebih bersifat proses antar personalia sekolah dalam mencapai tujuan sekolah itu. Neagley (1980, hal 20) layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar, dan kurikulum dikatakan supervisi. Nilai supervisi terletak perkembangan para siswa (Marks, 1978, hal 4) suatu usaha untuk mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan, serta moral kelas, juga menyeleksi fasilitas belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas.
Supervisi tidak terpisahkan dari administrasi (Jones, 1969, hal 302) terutama untuk mengembangkan efektivitas performan (personalia sekolah) yang berhubungan dengan tugas-tugas utama dalam usaha-usaha pendidikan. Robbins (1982, hal 332) mengemukakan supervisi sebagai suatu aktivitas pengarahan administrator terdepan yang langsung berhadapan dengan personalia sekolah yang menangani proses belajar mengajar para siswa.

Dengan demikian, hakikat supervisi adalah suatu proses pembimbingan dari pihak atasan kepada guru-guru dan para personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, agar para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat. Sedangkan yang melakukan supervisi disebut supervisor.
Supervisi dan Perubahan Kurikulum yang Kontinu. Kehidupan manusia selalu berubah, meningkat terus, sejalan dengan perubahan zaman. Pecepatan disebabkan oleh kemanjuan ilmu dan teknologi. Generasi muda dituntut memanfaatkan ilmu dan teknologi yang telah maju tetapi dengan tidak mengguncang kehidupan masyarakat.
Sekolah sebagai tempat mengembangkan siswa ialah merupakan wadah utama untuk mengembangkan kebudayaan, yaitu dalam wujud logika, etika, estetika, dan praktika (Daoed Joesoef, 1982, hal 9). Selanjutnya dikatakan Daoed Joesoef (1981, hal 5) bahwa kebudayaan hakikatnya adalah sistem nilai dan ide yang dihayati oleh sekelompok manusia di suatu lingkungan hidup tertentu di suatu kurun waktu tertentu. Yang menjadi masalah ialah bagaimana cara mengembangkan keempat segi pendidikan itu agar seimbang, integratif, dan optimal.
Kurikulum berubah secara kontinu dalam rangka mempersiapkan para siswa menghadapi kehidupan yang cepat berubah dalam zaman modern ini. Lebih-lebih kurikulum di negara berkembang seperti Indonesia, banyak aspek kehidupan yang belum mantap, yang membuat sekolah sebagai wadah pembina individu tetap mencari model-model situasi belajar dan cara belajar serta bahan yang lebih lebih tepat, guna mengejar kehidupan yang lebih baik.
Fungsi dan Tujuan Supervisi. Istilah fungsi dan tujuan cukup sulit dibedakan sebab seringkali satu objek dapat diterangkan dari segi fungsi dan dapat pula dari segi tujuan. Supervisor sebagai fungsi, bila ia dipandang sebagai bagian atau organ dari organisasi sekolah. Tetapi bila dipandang dari apa yang ingin dicapai supervisi, maka hal itu merupakan tujuan supervisi.
Fungsi utama membantu sekolah dan pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu perkembangan para siswa. Fungsi tambahan melatih guru agar dapat bekerja dengan baik dan menyesuaikan dengan tuntutan masyarakat.
Tujuan menurut Sergiovanni (1971, hal 6) ialah mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa, membantu kepala sekolah menyesuaikan program pendidikan secara kontinu dengan membina guru agar mendidik siswa dengan baik.

BAB II (PERKEMBANGAN SUPERVISI

Zaman Yunani kuno, pelajaran menulis terjadi sekitar tahun 500 SM, pada tahun 400-350 SM ditambah dengan membaca, yang mengajar di zaman ini adalah tutor. Pada zaman Sparta menyadari pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa dan negara, maka timbullah supervisor yang disebut Paidonomous yang melatih para siswa dengan hak kontrol yang absolut. Zaman Athena terjadi pertemuan-pertemuan guru dengan siswa mendiskusikan sesuatu, pemikiran filsafat muncul pada zaman ini. Ahli filsafat zaman tersebut ialah Socrates, Plato, dan Aristoteles. Kerajaan Romawi sekitar tahun 140 SM menditrikan sekolah Grammar yang mempelajari bahasa latin, grammar dipandang ampuh untuk meningkatkan daya pikir dan logika para siswa.
Pada Zaman Pertengahan disamping Sekolah Grammar dan Sekolah Catechismus (agama) didirikan pula Sekolah Membaca dan Menulis tingkat dasar. Di zaman tersebut ada dua macam supervisi, yaitu supervisi pihak negara dan supervisi pihak agama. Zaman revolusi kaum Protestan tahun 1600 punya para Supervisor diberi tugas oleh para pengelolah pendidikan untuk membantu mencetak ahli-ahli yang sanggup mengadakan pertentangan suci kepada para filosuf dan ahli teologi Katolik.
Abad ke-18, merupakan alat pencatat saja bagi kepentingan atasannya, mereka hanya menulis apakah guru-guru itu sudah bekerja dengan benar atau masih salah. Bila ternyata guru melakukan kekeliruan, supervisor hanya mengeritik dan menegur saja, tidak menunjukkan bagaimana memperbaiki diri. Nampaknya kreatif guru juga kurang dihargai. Pada abad ke-19 secara resmi dikatakan supervisor sekolah. Mereka pada umumnya adalah para pegawai kantor pengawas pendidikan, yang di Indonesia dapat di samakan dengan kantor perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan demikian supervisi pada abad ke-19 sudah bersifat professional.
Supervisi Ilmiah dipengaruhi oleh revolusi industri dan revolusi teknologi, yang pada penerapannya organisasi sekolah melakukan semua operasinya berupa administrasi sekolah berdasar undang-undang dan peraturan-peraturan. Begitu pula meyangkut aktivitas dan cara guru mengajar tidak boleh meyimpang dari perundangan atau aturan.
Supervisi Manusiawi. Keengganan persepsi mengenai guru sebagai komponen-komponen mesin sekolah yang operator pendendali oleh kepala sekolah dan supervisor dalam supervisi ilmiah, membuat perubahan dalam supervisi manusiawi dengan menciptakan iklim sekolah yang santai ialah suatu iklim yang tidak tegang akibat kontrol yang ketat untuk melaksanakan aturan-aturan sekolah secara tepat. Dengan kata lain, bila ingin agar para guru berprestasi baik, ciptakanlah terlebih dulu dasarnya yaitu antar hubungan personalia sekolah yang baik.
Supervisi Modern abad ke-20 ialah supervisi yang memperhatikan antar hubungan personalia sekolah, menghargai dan menghayati kepribadian, bakat, dan kemampuan mereka masing-masing. Perhargaan dan pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi mereka sebagai pendidik, yang dilakukan dengan metode intelegensi praktis yang bersifat demokratis.
Supervisi pada masa mendatang dipengaruhi oleh semakin pesatnya teknologi. Supervisi memusatkan pengembangan profesi dan bakat guru serta memanfaatkannya untuk kepentingan kemajuan pendidikan daripada memberi konsultasi langsung kepada guru-guru, membina agar mereka bisa memimpin diri sendiri, tidak bergantung kepada pengarahan dari luar, dan percaya kepada sumber-sumber pendidikan yang diperoleh sendiri.


Made Pidarta. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan yang sering dibaca...

Template developed by Confluent Forms LLC; more resources at BlogXpertise