Oleh: Joko Wahyu Sampurno
BAB
I (MENGAPA PERLU ADA SUPERVISI)
Pengertian
Supervisi. Menurut Sergiovanni (1971, hal 10), supervisi lebih
bersifat proses antar personalia sekolah dalam mencapai tujuan sekolah itu. Neagley
(1980, hal 20) layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan
instruksional, belajar, dan kurikulum dikatakan supervisi. Nilai supervisi
terletak perkembangan para siswa (Marks, 1978, hal 4) suatu usaha untuk mengembangkan
minat, bakat, dan kemampuan, serta moral kelas, juga menyeleksi fasilitas
belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas.
Supervisi tidak terpisahkan dari administrasi (Jones, 1969, hal
302) terutama untuk mengembangkan efektivitas performan (personalia sekolah)
yang berhubungan dengan tugas-tugas utama dalam usaha-usaha pendidikan. Robbins
(1982, hal 332) mengemukakan supervisi sebagai suatu aktivitas pengarahan
administrator terdepan yang langsung berhadapan dengan personalia sekolah yang
menangani proses belajar mengajar para siswa.
Dengan demikian, hakikat supervisi adalah suatu proses pembimbingan
dari pihak atasan kepada guru-guru dan para personalia sekolah lainnya yang
langsung menangani belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar, agar para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar
yang semakin meningkat. Sedangkan yang melakukan supervisi disebut supervisor.
Supervisi dan Perubahan Kurikulum yang Kontinu. Kehidupan
manusia selalu berubah, meningkat terus, sejalan dengan perubahan zaman.
Pecepatan disebabkan oleh kemanjuan ilmu dan teknologi. Generasi muda dituntut
memanfaatkan ilmu dan teknologi yang telah maju tetapi dengan tidak mengguncang
kehidupan masyarakat.
Sekolah sebagai tempat mengembangkan siswa ialah merupakan wadah
utama untuk mengembangkan kebudayaan, yaitu dalam wujud logika, etika,
estetika, dan praktika (Daoed Joesoef, 1982, hal 9). Selanjutnya dikatakan
Daoed Joesoef (1981, hal 5) bahwa kebudayaan hakikatnya adalah sistem nilai dan
ide yang dihayati oleh sekelompok manusia di suatu lingkungan hidup tertentu di
suatu kurun waktu tertentu. Yang menjadi masalah ialah bagaimana cara
mengembangkan keempat segi pendidikan itu agar seimbang, integratif, dan
optimal.
Kurikulum berubah secara kontinu dalam rangka mempersiapkan para
siswa menghadapi kehidupan yang cepat berubah dalam zaman modern ini.
Lebih-lebih kurikulum di negara berkembang seperti Indonesia, banyak aspek
kehidupan yang belum mantap, yang membuat sekolah sebagai wadah pembina
individu tetap mencari model-model situasi belajar dan cara belajar serta bahan
yang lebih lebih tepat, guna mengejar kehidupan yang lebih baik.
Fungsi dan Tujuan Supervisi. Istilah
fungsi dan tujuan cukup sulit dibedakan sebab seringkali satu objek dapat
diterangkan dari segi fungsi dan dapat pula dari segi tujuan. Supervisor
sebagai fungsi, bila ia dipandang sebagai bagian atau organ dari organisasi
sekolah. Tetapi bila dipandang dari apa yang ingin dicapai supervisi, maka hal
itu merupakan tujuan supervisi.
Fungsi utama membantu sekolah dan pemerintah untuk mencapai tujuan
pendidikan yaitu perkembangan para siswa. Fungsi tambahan melatih guru agar
dapat bekerja dengan baik dan menyesuaikan dengan tuntutan masyarakat.
Tujuan menurut Sergiovanni (1971, hal 6) ialah mencapai pertumbuhan
dan perkembangan para siswa, membantu kepala sekolah menyesuaikan program
pendidikan secara kontinu dengan membina guru agar mendidik siswa dengan baik.
BAB
II (PERKEMBANGAN SUPERVISI
Zaman
Yunani kuno, pelajaran menulis terjadi sekitar tahun 500 SM, pada tahun
400-350 SM ditambah dengan membaca, yang mengajar di zaman ini adalah tutor. Pada
zaman Sparta menyadari pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa dan
negara, maka timbullah supervisor yang disebut Paidonomous yang melatih para
siswa dengan hak kontrol yang absolut. Zaman Athena terjadi
pertemuan-pertemuan guru dengan siswa mendiskusikan sesuatu, pemikiran filsafat
muncul pada zaman ini. Ahli filsafat zaman tersebut ialah Socrates, Plato, dan
Aristoteles. Kerajaan Romawi sekitar tahun 140 SM menditrikan sekolah
Grammar yang mempelajari bahasa latin, grammar dipandang ampuh untuk
meningkatkan daya pikir dan logika para siswa.
Pada
Zaman Pertengahan disamping Sekolah Grammar dan Sekolah Catechismus
(agama) didirikan pula Sekolah Membaca dan Menulis tingkat dasar. Di zaman tersebut
ada dua macam supervisi, yaitu supervisi pihak negara dan supervisi pihak
agama. Zaman revolusi kaum Protestan tahun 1600 punya para Supervisor diberi
tugas oleh para pengelolah pendidikan untuk membantu mencetak ahli-ahli yang
sanggup mengadakan pertentangan suci kepada para filosuf dan ahli teologi
Katolik.
Abad
ke-18, merupakan alat pencatat saja bagi kepentingan atasannya, mereka
hanya menulis apakah guru-guru itu sudah bekerja dengan benar atau masih salah.
Bila ternyata guru melakukan kekeliruan, supervisor hanya mengeritik dan
menegur saja, tidak menunjukkan bagaimana memperbaiki diri. Nampaknya kreatif
guru juga kurang dihargai. Pada abad ke-19 secara resmi dikatakan
supervisor sekolah. Mereka pada umumnya adalah para pegawai kantor pengawas
pendidikan, yang di Indonesia dapat di samakan dengan kantor perwakilan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan demikian supervisi pada abad ke-19 sudah
bersifat professional.
Supervisi
Ilmiah dipengaruhi oleh revolusi industri dan revolusi teknologi, yang
pada penerapannya organisasi sekolah melakukan semua operasinya berupa
administrasi sekolah berdasar undang-undang dan peraturan-peraturan. Begitu
pula meyangkut aktivitas dan cara guru mengajar tidak boleh meyimpang dari
perundangan atau aturan.
Supervisi
Manusiawi. Keengganan persepsi mengenai guru sebagai komponen-komponen mesin
sekolah yang operator pendendali oleh kepala sekolah dan supervisor dalam
supervisi ilmiah, membuat perubahan dalam supervisi manusiawi dengan
menciptakan iklim sekolah yang santai ialah suatu iklim yang tidak tegang
akibat kontrol yang ketat untuk melaksanakan aturan-aturan sekolah secara
tepat. Dengan kata lain, bila ingin agar para guru berprestasi baik,
ciptakanlah terlebih dulu dasarnya yaitu antar hubungan personalia sekolah yang
baik.
Supervisi
Modern abad ke-20 ialah supervisi yang memperhatikan antar hubungan personalia sekolah,
menghargai dan menghayati kepribadian, bakat, dan kemampuan mereka
masing-masing. Perhargaan dan pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam
membina profesi mereka sebagai pendidik, yang dilakukan dengan metode
intelegensi praktis yang bersifat demokratis.
Supervisi
pada masa mendatang dipengaruhi oleh semakin pesatnya teknologi. Supervisi memusatkan
pengembangan profesi dan bakat guru serta memanfaatkannya untuk kepentingan
kemajuan pendidikan daripada memberi konsultasi langsung kepada guru-guru,
membina agar mereka bisa memimpin diri sendiri, tidak bergantung kepada
pengarahan dari luar, dan percaya kepada sumber-sumber pendidikan yang
diperoleh sendiri.
Made Pidarta. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan.
(Jakarta: Bumi Aksara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar