Tulisan Lain
Menunggu...

4 November 2015

Metodologi Penelitian Kualitatif (Lexy J. Moleong)

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
(DASAR DAN FUNGSI PEMANFAATANNYA)
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

 Dosen:
Dr. Isa Anshori, M.Si

Disusun Oleh:
1.      Joko Wahyu Sampurno
2.      Fahmi Atsir Yahya
3.      Muhammad Syafi
4.      Teguh Prasetya
5.      Sudi Haryadi
6.      Andi Sukarjo
7.      Ramli


Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
Surabaya
2015


Konsep Dasar Penelitian Kualitatif
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller, pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga, dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, ci kuadrat, dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas.
Di pihak lain kualitas menunjukan segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kulitatif, yaitu penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, perspektif ke studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif (menurut Bogdan dan Biklen). Pemakai istilah inkuiri naturalistik atau alamiah pada dasarnya kurang menyetujui penggunaan penelitian kualitatif merupakan istilah yang terlalu disederhanakan, bahkan sering dipertentangkan dengan penelitian kuantitatif. Sebenarnya alasan yang dikemukakan oleh para pengarang buku inkuiri alamiah tersebut hanyalah merupakan alasan pembenaran istilah inkuiri alamiah yang digunakan oleh mereka. Dilihat dari sisi lain, pada dasarnya istilah inkuiri alamiah menekankan pada kealamiahan sumber data. Dengan kata lain, alasan yang digunakan oleh mereka sama saja dengan yang digunakan oleh peneliti yang masih tetap menggunakan penelitian kualitatif. Dalam buku ini istilah penelitian kualitatif tetap akan dipertahankan, dan dalam hal-hal tertentu istilah inkuiri atau penelitian alamiah atau naturalistik akan dimanfaatkan juga, terutama pada waktu menjelaskan definisi dan paradigma alamiah.
Untuk mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian kualitatif perlu kiranya dikemukakan beberapa definisi. Pertama, Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur peelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Selanjutnya, pengkajian definisi inkuiri alamiah telah diadakan terlebih dahulu oleh Willem dan Rausch, kemudian hasil mereka diulas lagi oleh Guba, dan akhirnya disimpulkan atas dasar ulasan tersebut beberapa hal sebagai berikut: (1) inkuiri naturalistik selalu adalah suatu taraf; (2) taraf sejauh mana tingkatan pengkajian adalah naturalistik merupakan fungsi sesuatu yang dilakukan oleh penelitian; (3) yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan stimulus variabel-bebas atau kondisi-antiseden yang merupakan dimensi penting sekali; (4) dimensi penting lainnya ialah apa yang dilakukan oleh peneliti dalam membatasi rentang respons dari keluaran subjek; (5) inkuiri naturalistik tidak mewajibkan peneliti agar terlebih dahulu membentuk konsepsi-konsepsi atau teori-teori tertentu mengenai lapangan perhatiannya; sebaliknya ia dapat mendekati lapangan perhatiannya dengan pikiran yang murni dan memperkenankan interpretasi peristiwa nyata, dan bukan sebaliknya. Walaupun demikian, suatu pendekatan yang secara konseptual kosong tidaklah tepat dan naif; dan (6) istilah naturalistik merupakan istilah yang memodifikasi penelitian atau metode, tetapi tidak memodifikasi gejala-gejala.
Selain definisi-defini tersebut, David Williams menulis bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Jelas definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah.
Penulis buku penelitian kualitatif lainnya Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.
Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Ternyata definisi ini hanya mempersoalkan satu metode yaitu wawancara terbuka, sedang yang penting dari definisi ini mempersoalkan apa yang diteliti yaitu upaya memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku baik individu maupun sekelompok orang.
Penulis lainnya memaparkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Pengertian ini hanya mempersoalkan dua aspek yaitu pendekatan penelitian yang digunakan adalah naturalistik sedang upaya dan tujuannya adalah memahami suatu fenomena dalam suatu konteks khusus. Hal itu berarti bahwa tidak seluruh konteks dapatlah diteliti tetapi penelitian kualitatif itu harus dilakukan dalam suatu konteks yang khusus.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Definisi ini lebih melihat perspektif emik dalam penelitian yaitu memandang sesuatu upaya membangun pandangan subjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit.
Terakhir, menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Kembali pada definisi di sini dikemukakan tentang peranan penting dari apa yang seharusnya diteliti yaitu konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.
Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah disintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Kesimpulan tersebut sebagian telah memberikan gambaran tentang adanya kekhasan penelitian kualitatif.

Landasan Teoretis Penelitian Kualitatif
Pada dasarnya landasan teoretis dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomologi. Karena itu pada bagian ini fenomenologi dijadikan sebagai dasar teoretis utama sedang yang lainnya yaitu interaksi simbolik, kebudayaan, dan etnometodologi dijadikan sebagai dasar tambahan yang melatarbelakangi secara teoretis penelitian kualitatif.
Seorang peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif biasanya (yang lazim pada penelitian klasik) berorientasi pada teori yang sudah ada. Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Dalam uraian tentang dasar teori tersebut, Bogdan dan Biklen menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan cara penelitian. Orientasi atau perspektif teoretis adalah cara memandang dunia, asumsi yang dianut orang tentang sesuatu yang penting, dan apa yang membuat dunia bekerja. Dalam suatu penelitian, apakah dinyatakan secara eksplisit atau tidak, biasanya paradigma peneliti atau orientasi teoretis tertentu mengarahkan pelaksanaan penelitian itu. Penelitian yang baik menyadari dasar orientasi teroretisnya dan memanfaatkannya dalam pengumpulan dan analisis data. Teori membantu menghubungkannya dengan data.

Fenomenologi
Fenomenologi diartikan sebagai: 1) pengalaman subjektif atau pengalaman fenomeologikal; 2) suatu studi tentang kesadaran dari prespektif pokok dari seseorang (Husserl). Istilah ‘fenomenologi’ sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemua. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari prespektif pertama seseorang. Sebagai sesuatu disiplin ilmu, hal itu dikemukakan oleh Edmund Husserl (1859-1938) seorang filsuf Jerman, dan karena pengaruhnya diikuti oleh Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, dan Maurice Merleau-Ponty. Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodologi kualitatif. Fenomenologi memiliki riwayat yang cukup panjang dalam penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interprestasi-interprestasi dunia. Dalam hal ini, para fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain.
Ada beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis yaitu :
1.             Fenomenologis cenderung mempertentangkannya dengan ‘naturalisme’ yaitu yang disebut objektivisme dan positivisme, yang telah berkembang sejak zaman Renaisans dalam ilmu pengetahuan modern dan teknologi.
2.             Secara pasti, fenomenologis cenderung memastikan kegnisi yang mengacu pada apa yang dinamakan oleh Husserl, ‘Evidenz’ yang dalam hal ini merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya, dan mencakupi untuk sesuatu dari segi itu.
3.             Fenomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya.

Interaksi Simbolik
Bersamaan dengan perspektif fenomenologis, pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran. Objek, orang, situasi, dan peristiwa tidak memiliki pengertiannya sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan untuk mereka. Misalnya, seorang teknolog pendidikan mungkin menentukan proyektor 16 mm sebagai alat yang akan digunakan oleh guru untuk memperlihatkan film-film yang relevan dengan tujuan pendidikan; seorang guru barangkali menata penelitian kualitatif penggunaan proyektor tersebut sebagai alat untuk siswa apabila ia sudah letih. Pengertian yang diberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya adalah esensial serta menentukan dan bukan bersifat kebetulan atau bersifat kurang penting terhadap pengalaman itu.
Untuk memahami perilaku, kita harus memahami definisi dan proses pendefinisiannya. Manusia terikat secara aktif dalam menciptakan dunianya sehingga dengan demikian ia mengerti akan pemisahan antara riwayat hidup dengan masyarakat yang merupakan sesuatu yang esensial. Manusia tidak dapat bertindak atas dasar respons yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mempradefinisikan objek, tetapi lebih sebagai penafsiran, pendefinisian, hewan simbolik yang perilakunya hanya dapat dipahami dengan jalan peneliti memasuki proses definisi melalui metode seperti pengamatan-berperanserta.

Kebudayaan
Banyak antropolog menggunakan pendekatan fenomenologi dalam studi mereka tentang pendidikan. Kerangka studi antropologinya adalah konsep kebudayaan. Usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan dinamakan etnografi. Walaupun ada diantaranya kurang sependapat tenrang definisi kebudayaan, mereka memandang kebudayaan sebagai kerangka teoritis dalam menjelaskan pekerjaan mereka.
Beberapa definisi membantu memperluas pengertian kita tentang bagaimana hal itu mempertajam penelitian. Beberapa antropolog mendefinisikan kebudayaan sebagai pengetahuan yang diperoleh manusia dan digunakan untuk menafsirkan pengalaman dan menimbulkan perilaku (Spradley, 1980:5 dalam Bodgan dan Biklen 1982:35). Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini, seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa menurut cara sebagai berikut: Sebaiknya etnografi mempertimbagkan perilaku manusia dengan jalan menguraikan apa yang diketahui mereka yang membolehkan mereka berperilaku secara baik sesuai dengan  common sense  dalam masyarakatnya. Peneliti dalam tradisi ini mengatakan bahwa etnografi berhasil jika mendidik pembaca bagaimana sebaiknya berperilaku dalam suatu latar kebudayaan, apakah itu diantara keluarga-keluarga masyarakat makmur, di kantor kepala sekolah, atau di kelas taman kanak-kanak.
Definisi lainnya tentang kebudayaan memberi tekanan pada semantik dan menganjurkan bahwa ada perbedaan antara mengetahui perilaku dan bahasa khas sekelompok orang dan yang dapat melakukannya sendiri. Menurut perspektif ini, kebudayaan tampaknya agak rumit dan berbeda penekanannya. Dalam hal ini, tekanannya pada interaksi antara kebudayaan dan pengertian yang diberikan orang terhadap peristiwa-peristiwa. Dengan demikian, orientasi fenomenologis disini menjadi jelas.

Etnometodologi
Etnometodologi bukanlah metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, melainkan menunjuk pada mata pelajaran yang akan diteliti. Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari-hari – metodenya untuk mencapai kehidupan sehari-hari. Sebjek Etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing, melainkan orang-orang dalam pelbagai macam situasi pada masyarakat kita. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka.
Sejumlah orang berpendidikan telah dipengaruhi oleh pendekatan ini. Pekerjaan mereka kadang-kadang sukar dipisahkan dari pekerjaan penelitian kualitatif lainnya; mereka cenderung melakukan pekerjaan-pekerjaan tentang isu yang bersifat mikro, dengan pengungkapan dan kosa-kata khusus, dan dengan tindakan yang rinci dan dengan pengertian. Peneliti demikian menggunakan istilah-istilah pengertian secara common sense, kehidupan sehari-hari, dan memperhitungkan.  Menurut para Etnometodolog, penelitian bukanlah merupakan usaha ilmiah yang unik, melainkan lebih merupakan penyelesaian praktis. Mereka menyarankan agar kita melihat secara hati-hati pada pengertian akal sehat tempat pengumpulan data itu dilakukan. Mereka mendorong peneliti untuk berkerja dengan cara kualitatif utnuk lebih peka terhadap kebutuhan tertentu menurut mereka atau menangguhkan asumsi mereka tentang akal sehat, pendangan mereka sendiri, daripada mempertimbangkannya.
Selain landasan teoritis tersebut diatas dalam penelitian kualitatif dimanfaatkan juga apa yang dinamakan pendekatan (approach). Pendekatan penelitian kualitatif merupakan cara berpikir umum tentang cara melaksanakan penelitian kualitatif. Pendekatan itu menguraikan, baik secara eksplisit atau pun secara implisit, maksud penelitian kualitatif, peranan peneliti, langkah-langkah penelitian, dan metode analisis data, dalam hal ini ada empat pendekatan kualitatif dikemukakan.

Etnografi
Pendekatan etnografi dalam penelitian kualitatif terbanyak berasal dari bidang antropologi. Penekanan pada etnografi adalah pada studi keseluruhan budaya. Semula, gagasan budaya teriakt dengan persoalan etnis dan lokasi geografis (misalnya, budaya dari kepulauan X), tetapi sekarang hal itu telah diperluas dengan memasukkan setiap kelompok dalam suatu organisasi. Dalam hal ini, kita dapat meneliti budaya dan bisnis atau kelompok tertentu.
Etnografi pada dasarnya merupakan bidang yang sangat luas dengan variasi yang sangat besar dari paraktisi dan metode. Bagaimanapun, pendekatan etnografi secara umum adalah pengamatan-berperan serta sebagai bagian dari penelitian lapangan. Etnografer menjadi tertarik secara mendalam dalam suatu budaya sebagai bagian dari pemeransertaannya dan mencatat secara serius data yang diperolehnya dengan memanfaatkan Catatan Lapangan. Sebagai yang ada dalam ‘grounded theory’, tidak ada pembatasan terlebih dahulu apa yang akan diamati dan tidak ada titik akhir dalam studinya.

Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan (Field Research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode utnuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berkangkat ke ‘lapangan’ untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau ‘in situ’. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan-berperanserta. Peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.

Grounded Theory
Grounded theory adalah pendekatan penelitian kualitatif yang pada mulanya dikembangkan oleh Glaser dan Strauss pada tahun 1960an. Maksud pokok dari grounded theory adalah untuk mengembangkan teori tentang minat terhadap fenomena. Tetapi hal ini bukan hanya teoritesasi abstrak seperti yang mereka bahas. Dalam hal ini teori perlu di-grounded  atau berasal dari bawah dalam sesuatu pengamatan, sampai menjadi istilah.
Grounded theory merupakan proses bertahap yang cukup rumit. Penelitian dimulai dengan memunculkan pertanyaan generatif yang membantu penelitian namun tidak dimaksudkan untuk tetap statis atau menjadi dinamis. Sewaktu peneliti mulai mengumpulkan data, konsep teoritis inti diidentifikasikan. Kemungkinan kaitan dikembangkan antara konsep inti teori dengan data. Tahap awal ini cenderung terbuka dan waktunya bisa memakan berbulan-bulan. Kemudian peneliti memasuki verifikasi dan ikhtisar. Usahanya cenderung berkembang secara perlahan menapaki kategori inti yang menjadi pusat.
Ada beberapa strategi analisis kunci yang dikemukakan sebagai berikut.
·                Koding  adalah proses untuk membuat kategorisasi data kualitatif dan juga untuk menguraikan implikasi dan rincian dari kategori-kategorinya. Pada awalnya seseorang memulai membuat koding dengan mempertimbangkan data yang secepatnya muncul secara rinci sementara ia mengembangkan beberapa koding lainnya. Kemudian, ia bergerak ke arah koding yang dipilih dengan mempertimbangkan secara sistematis kode-kode yang dikaitkan dengan konsep inti.
·                Memoing (membuat memo) adalah proses mencatat pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan dari peneliti sewaktu hal-hal itu muncul selama studi. Anda bisa memikirkan bahwa memoing itu dilakukan secara ekstensif dalam catatan marjinal dan tanggapan-tanggapan yang diberikan dalam Catatan Lapangan. Kembali, bahwa proses pembuatan memo itu cenderung menjadi terbuka dan kemudian barulah mengarah secara terfokus kepada konsep inti.
·                Diagram terpadu dan sesi digunakan untuk menarik seluruh rincian menjadi satu, untuk membantu agar data itu menjadi berarti dengan mengarahkan diri kepada teori yang muncul. Diagram dapat berbentuk grafik yang bermanfaat pada waktu itu dalam pengembangan teori. Hal itu bisa juga berupa peta konsep atau gambar langsung atau kartun sederhana yang dapat menjadi alat untuk mengikhtisarkan. Pekerjaan keterpaduan ini dilakukan dengan baik dalam diskusi-diskusi kelompok dimana anggota kelompok dapat memberikan urunan pendapatnya atau meningkatkan pandangan atau teori yang selama ini telah muncul.

Fungsi dan Pemanfaatan Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk keperluan:
·         Pada penelitian awal dimana subjek penelitian tidak didefinisikan secara baik dan kurang dipahami.
·         Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motivasional.
·         Untuk penelitian konsultatif.
·         Memahami isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi seseorang.
·         Untuk memahami isu-isu yang sensitif.
·         Untuk keperluan evaluasi.
·         Untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif.
·         Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang sebjek penelitian.
·         Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai sekarang belum banyak diketahui.
·         Digunakan untuk menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah banyak diketahui.
·         Digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu mendalam.
·         Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar belakang misalnya tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi.
·         Digunakan oleh peneliti yang berkeinginan untuk menggunakan hal-hal yang belum banyak diketahui ilmu pengetahuan.

·         Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan yang sering dibaca...

Template developed by Confluent Forms LLC; more resources at BlogXpertise