METODOLOGI PENELITIAN
KUALITATIF
(DASAR DAN FUNGSI
PEMANFAATANNYA)
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen:
Dr. Isa Anshori, M.Si
Disusun
Oleh:
1.
Joko Wahyu
Sampurno
2.
Fahmi Atsir
Yahya
3.
Muhammad
Syafi
4.
Teguh Prasetya
5.
Sudi Haryadi
6.
Andi Sukarjo
7.
Ramli
Sekolah
Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim
Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam
Surabaya
2015
Konsep
Dasar Penelitian Kualitatif
Istilah
penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller, pada mulanya bersumber pada
pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif.
Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu.
Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang
menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat mulai mencatat atau menghitung
dari satu, dua, tiga, dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal
demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa didasarkan atas perhitungan
persentase, rata-rata, ci kuadrat, dan perhitungan statistik lainnya. Dengan
kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau
kuantitas.
Di
pihak lain kualitas menunjukan segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar
pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan
sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
Ada
beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kulitatif, yaitu penelitian
atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik,
perspektif ke studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif (menurut
Bogdan dan Biklen). Pemakai istilah inkuiri naturalistik atau alamiah pada
dasarnya kurang menyetujui penggunaan penelitian kualitatif merupakan istilah
yang terlalu disederhanakan, bahkan sering dipertentangkan dengan penelitian
kuantitatif. Sebenarnya alasan yang dikemukakan oleh para pengarang buku
inkuiri alamiah tersebut hanyalah merupakan alasan pembenaran istilah inkuiri
alamiah yang digunakan oleh mereka. Dilihat dari sisi lain, pada dasarnya
istilah inkuiri alamiah menekankan pada kealamiahan
sumber data. Dengan kata lain, alasan yang digunakan oleh mereka sama saja
dengan yang digunakan oleh peneliti yang masih tetap menggunakan penelitian
kualitatif. Dalam buku ini istilah penelitian kualitatif tetap akan
dipertahankan, dan dalam hal-hal tertentu istilah inkuiri atau penelitian
alamiah atau naturalistik akan dimanfaatkan juga, terutama pada waktu
menjelaskan definisi dan paradigma alamiah.
Untuk
mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian kualitatif perlu
kiranya dikemukakan beberapa definisi. Pertama, Bogdan dan Taylor
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur peelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka,
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik
(utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi
ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari
sesuatu keutuhan.
Sejalan
dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya
maupun dalam peristilahannya.
Selanjutnya,
pengkajian definisi inkuiri alamiah telah diadakan terlebih dahulu oleh Willem
dan Rausch, kemudian hasil mereka diulas lagi oleh Guba, dan akhirnya
disimpulkan atas dasar ulasan tersebut beberapa hal sebagai berikut: (1)
inkuiri naturalistik selalu adalah suatu taraf; (2) taraf sejauh mana tingkatan
pengkajian adalah naturalistik merupakan fungsi sesuatu yang dilakukan oleh penelitian;
(3) yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan stimulus variabel-bebas atau
kondisi-antiseden yang merupakan dimensi penting sekali; (4) dimensi penting
lainnya ialah apa yang dilakukan oleh peneliti dalam membatasi rentang respons
dari keluaran subjek; (5) inkuiri naturalistik tidak mewajibkan peneliti agar
terlebih dahulu membentuk konsepsi-konsepsi atau teori-teori tertentu mengenai
lapangan perhatiannya; sebaliknya ia dapat mendekati lapangan perhatiannya
dengan pikiran yang murni dan memperkenankan interpretasi peristiwa nyata, dan
bukan sebaliknya. Walaupun demikian, suatu pendekatan yang secara konseptual
kosong tidaklah tepat dan naif; dan (6) istilah naturalistik merupakan istilah
yang memodifikasi penelitian atau metode, tetapi tidak memodifikasi
gejala-gejala.
Selain
definisi-defini tersebut, David Williams menulis bahwa penelitian kualitatif
adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode
alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.
Jelas definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan
latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai
perhatian alamiah.
Penulis
buku penelitian kualitatif lainnya Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, para penulis masih tetap
mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk
menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah
berbagai macam metode penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode yang
biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.
Penelitian
kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan
penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami
sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.
Ternyata definisi ini hanya mempersoalkan satu metode yaitu wawancara terbuka,
sedang yang penting dari definisi ini mempersoalkan apa yang diteliti yaitu
upaya memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku baik individu maupun
sekelompok orang.
Penulis
lainnya memaparkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau
pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Pengertian
ini hanya mempersoalkan dua aspek yaitu pendekatan penelitian yang digunakan
adalah naturalistik sedang upaya dan tujuannya adalah memahami suatu fenomena
dalam suatu konteks khusus. Hal itu berarti bahwa tidak seluruh konteks
dapatlah diteliti tetapi penelitian kualitatif itu harus dilakukan dalam suatu
konteks yang khusus.
Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Jelas
bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian
yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi
apapun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif.
Penelitian
kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang
rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Definisi ini
lebih melihat perspektif emik dalam penelitian yaitu memandang sesuatu upaya
membangun pandangan subjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata,
gambaran holistik dan rumit.
Terakhir,
menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia
sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi,
dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Kembali pada definisi di sini dikemukakan
tentang peranan penting dari apa yang seharusnya diteliti yaitu konsep,
perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.
Dari
kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah disintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Kesimpulan
tersebut sebagian telah memberikan gambaran tentang adanya kekhasan penelitian
kualitatif.
Landasan Teoretis
Penelitian Kualitatif
Pada
dasarnya landasan teoretis dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara
mendasar pada fenomologi. Karena itu pada bagian ini fenomenologi dijadikan sebagai dasar teoretis utama sedang yang
lainnya yaitu interaksi simbolik, kebudayaan, dan etnometodologi dijadikan
sebagai dasar tambahan yang melatarbelakangi secara teoretis penelitian
kualitatif.
Seorang
peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif biasanya (yang lazim pada
penelitian klasik) berorientasi pada teori yang sudah ada. Pada penelitian
kualitatif, teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang
berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali
secara empiris. Dalam uraian tentang dasar teori tersebut, Bogdan dan Biklen
menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar
tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep, atau proposisi yang
mengarahkan cara berpikir dan cara penelitian. Orientasi atau perspektif
teoretis adalah cara memandang dunia, asumsi yang dianut orang tentang sesuatu
yang penting, dan apa yang membuat dunia bekerja. Dalam suatu penelitian,
apakah dinyatakan secara eksplisit atau tidak, biasanya paradigma peneliti atau
orientasi teoretis tertentu mengarahkan pelaksanaan penelitian itu. Penelitian
yang baik menyadari dasar orientasi teroretisnya dan memanfaatkannya dalam
pengumpulan dan analisis data. Teori membantu menghubungkannya dengan data.
Fenomenologi
Fenomenologi
diartikan sebagai: 1) pengalaman subjektif atau pengalaman fenomeologikal; 2)
suatu studi tentang kesadaran dari prespektif pokok dari seseorang (Husserl).
Istilah ‘fenomenologi’ sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk
pada subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemua. Dalam arti
yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang
kesadaran dari prespektif pertama seseorang. Sebagai sesuatu disiplin ilmu, hal
itu dikemukakan oleh Edmund Husserl (1859-1938) seorang filsuf Jerman, dan
karena pengaruhnya diikuti oleh Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, dan Maurice
Merleau-Ponty. Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai perspektif filosofi
dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodologi kualitatif. Fenomenologi
memiliki riwayat yang cukup panjang dalam penelitian sosial termasuk psikologi,
sosiologi, dan pekerjaan sosial. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang
menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan
interprestasi-interprestasi dunia. Dalam hal ini, para fenomenologis ingin
memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain.
Ada
beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis
yaitu :
1.
Fenomenologis
cenderung mempertentangkannya dengan ‘naturalisme’ yaitu yang disebut
objektivisme dan positivisme, yang telah berkembang sejak zaman Renaisans dalam
ilmu pengetahuan modern dan teknologi.
2.
Secara
pasti, fenomenologis cenderung memastikan kegnisi yang mengacu pada apa yang
dinamakan oleh Husserl, ‘Evidenz’
yang dalam hal ini merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara
jelas dan berbeda dengan yang lainnya, dan mencakupi untuk sesuatu dari segi
itu.
3.
Fenomenologis
cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia alam dan
budaya.
Interaksi
Simbolik
Bersamaan
dengan perspektif fenomenologis, pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman
manusia ditengahi oleh penafsiran. Objek, orang, situasi, dan peristiwa tidak
memiliki pengertiannya sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan untuk
mereka. Misalnya, seorang teknolog pendidikan mungkin menentukan proyektor 16
mm sebagai alat yang akan digunakan oleh guru untuk memperlihatkan film-film
yang relevan dengan tujuan pendidikan; seorang guru barangkali menata
penelitian kualitatif penggunaan proyektor tersebut sebagai alat untuk siswa
apabila ia sudah letih. Pengertian yang diberikan orang pada pengalaman dan
proses penafsirannya adalah esensial serta
menentukan dan bukan bersifat kebetulan atau bersifat kurang penting terhadap
pengalaman itu.
Untuk
memahami perilaku, kita harus memahami definisi dan proses pendefinisiannya.
Manusia terikat secara aktif dalam menciptakan dunianya sehingga dengan
demikian ia mengerti akan pemisahan antara riwayat hidup dengan masyarakat yang
merupakan sesuatu yang esensial. Manusia tidak dapat bertindak atas dasar
respons yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mempradefinisikan objek,
tetapi lebih sebagai penafsiran, pendefinisian, hewan simbolik yang perilakunya hanya dapat dipahami dengan jalan
peneliti memasuki proses definisi melalui metode seperti
pengamatan-berperanserta.
Kebudayaan
Banyak
antropolog menggunakan pendekatan fenomenologi dalam studi mereka tentang
pendidikan. Kerangka studi antropologinya adalah konsep kebudayaan. Usaha untuk
menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan dinamakan etnografi. Walaupun ada diantaranya
kurang sependapat tenrang definisi kebudayaan, mereka memandang kebudayaan
sebagai kerangka teoritis dalam menjelaskan pekerjaan mereka.
Beberapa
definisi membantu memperluas pengertian kita tentang bagaimana hal itu
mempertajam penelitian. Beberapa antropolog mendefinisikan kebudayaan sebagai
pengetahuan yang diperoleh manusia dan digunakan untuk menafsirkan pengalaman
dan menimbulkan perilaku (Spradley, 1980:5 dalam Bodgan dan Biklen 1982:35).
Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini, seorang peneliti mungkin
dapat memikirkan suatu peristiwa menurut cara sebagai berikut: Sebaiknya
etnografi mempertimbagkan perilaku manusia dengan jalan menguraikan apa yang
diketahui mereka yang membolehkan mereka berperilaku secara baik sesuai dengan common sense dalam masyarakatnya. Peneliti dalam tradisi
ini mengatakan bahwa etnografi berhasil jika mendidik pembaca bagaimana
sebaiknya berperilaku dalam suatu latar kebudayaan, apakah itu diantara
keluarga-keluarga masyarakat makmur, di kantor kepala sekolah, atau di kelas
taman kanak-kanak.
Definisi
lainnya tentang kebudayaan memberi tekanan pada semantik dan menganjurkan bahwa
ada perbedaan antara mengetahui perilaku dan bahasa khas sekelompok orang dan
yang dapat melakukannya sendiri. Menurut perspektif ini, kebudayaan tampaknya
agak rumit dan berbeda penekanannya. Dalam hal ini, tekanannya pada interaksi
antara kebudayaan dan pengertian yang diberikan orang terhadap
peristiwa-peristiwa. Dengan demikian, orientasi fenomenologis disini menjadi
jelas.
Etnometodologi
Etnometodologi
bukanlah metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, melainkan
menunjuk pada mata pelajaran yang akan diteliti. Etnometodologi adalah studi
tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari-hari –
metodenya untuk mencapai kehidupan sehari-hari. Sebjek Etnometodologi bukanlah
anggota suku-suku terasing, melainkan orang-orang dalam pelbagai macam situasi
pada masyarakat kita. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang
melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka.
Sejumlah
orang berpendidikan telah dipengaruhi oleh pendekatan ini. Pekerjaan mereka
kadang-kadang sukar dipisahkan dari pekerjaan penelitian kualitatif lainnya;
mereka cenderung melakukan pekerjaan-pekerjaan tentang isu yang bersifat mikro,
dengan pengungkapan dan kosa-kata khusus, dan dengan tindakan yang rinci dan
dengan pengertian. Peneliti demikian menggunakan istilah-istilah pengertian
secara common sense, kehidupan
sehari-hari, dan memperhitungkan. Menurut para Etnometodolog, penelitian
bukanlah merupakan usaha ilmiah yang unik, melainkan lebih merupakan
penyelesaian praktis. Mereka menyarankan agar kita melihat secara hati-hati
pada pengertian akal sehat tempat
pengumpulan data itu dilakukan. Mereka mendorong peneliti untuk berkerja dengan
cara kualitatif utnuk lebih peka terhadap kebutuhan tertentu menurut mereka
atau menangguhkan asumsi mereka tentang akal
sehat, pendangan mereka sendiri, daripada mempertimbangkannya.
Selain
landasan teoritis tersebut diatas dalam penelitian kualitatif dimanfaatkan juga
apa yang dinamakan pendekatan (approach).
Pendekatan penelitian kualitatif merupakan cara berpikir umum tentang cara
melaksanakan penelitian kualitatif. Pendekatan itu menguraikan, baik secara
eksplisit atau pun secara implisit, maksud penelitian kualitatif, peranan
peneliti, langkah-langkah penelitian, dan metode analisis data, dalam hal ini
ada empat pendekatan kualitatif dikemukakan.
Etnografi
Pendekatan
etnografi dalam penelitian kualitatif terbanyak berasal dari bidang
antropologi. Penekanan pada etnografi adalah pada studi keseluruhan budaya.
Semula, gagasan budaya teriakt dengan persoalan etnis dan lokasi geografis
(misalnya, budaya dari kepulauan X), tetapi sekarang hal itu telah diperluas
dengan memasukkan setiap kelompok dalam suatu organisasi. Dalam hal ini, kita
dapat meneliti budaya dan bisnis atau kelompok tertentu.
Etnografi
pada dasarnya merupakan bidang yang sangat luas dengan variasi yang sangat
besar dari paraktisi dan metode. Bagaimanapun, pendekatan etnografi secara umum
adalah pengamatan-berperan serta sebagai bagian dari penelitian lapangan.
Etnografer menjadi tertarik secara mendalam dalam suatu budaya sebagai bagian
dari pemeransertaannya dan mencatat secara serius data yang diperolehnya dengan
memanfaatkan Catatan Lapangan. Sebagai yang ada dalam ‘grounded theory’, tidak
ada pembatasan terlebih dahulu apa yang akan diamati dan tidak ada titik akhir
dalam studinya.
Penelitian Lapangan
Penelitian
lapangan (Field Research) dapat juga
dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai
metode utnuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti
berkangkat ke ‘lapangan’ untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomenon
dalam suatu keadaan alamiah atau ‘in situ’. Dalam hal demikian maka pendekatan
ini terkait erat dengan pengamatan-berperanserta. Peneliti lapangan biasanya
membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan
dianalisis dalam berbagai cara.
Grounded Theory
Grounded theory adalah
pendekatan penelitian kualitatif yang pada mulanya dikembangkan oleh Glaser dan
Strauss pada tahun 1960an. Maksud pokok dari grounded theory adalah untuk mengembangkan teori tentang minat
terhadap fenomena. Tetapi hal ini bukan hanya teoritesasi abstrak seperti yang
mereka bahas. Dalam hal ini teori perlu di-grounded
atau berasal dari bawah dalam
sesuatu pengamatan, sampai menjadi istilah.
Grounded theory merupakan
proses bertahap yang cukup rumit. Penelitian dimulai dengan memunculkan
pertanyaan generatif yang membantu penelitian namun tidak dimaksudkan untuk
tetap statis atau menjadi dinamis. Sewaktu peneliti mulai mengumpulkan data,
konsep teoritis inti diidentifikasikan. Kemungkinan kaitan dikembangkan antara konsep inti teori dengan data. Tahap
awal ini cenderung terbuka dan waktunya bisa memakan berbulan-bulan. Kemudian
peneliti memasuki verifikasi dan ikhtisar. Usahanya cenderung berkembang secara
perlahan menapaki kategori inti yang
menjadi pusat.
Ada
beberapa strategi analisis kunci yang dikemukakan sebagai berikut.
·
Koding adalah proses untuk membuat kategorisasi data
kualitatif dan juga untuk menguraikan implikasi dan rincian dari
kategori-kategorinya. Pada awalnya seseorang memulai membuat koding dengan mempertimbangkan data yang
secepatnya muncul secara rinci sementara ia mengembangkan beberapa koding
lainnya. Kemudian, ia bergerak ke arah koding
yang dipilih dengan mempertimbangkan secara sistematis kode-kode yang
dikaitkan dengan konsep inti.
·
Memoing (membuat memo)
adalah proses mencatat pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan dari peneliti
sewaktu hal-hal itu muncul selama studi. Anda bisa memikirkan bahwa memoing itu
dilakukan secara ekstensif dalam catatan marjinal dan tanggapan-tanggapan yang
diberikan dalam Catatan Lapangan. Kembali, bahwa proses pembuatan memo itu
cenderung menjadi terbuka dan kemudian barulah mengarah secara terfokus kepada
konsep inti.
·
Diagram terpadu dan sesi digunakan
untuk menarik seluruh rincian menjadi satu, untuk membantu agar data itu
menjadi berarti dengan mengarahkan diri kepada teori yang muncul. Diagram dapat
berbentuk grafik yang bermanfaat pada waktu itu dalam pengembangan teori. Hal
itu bisa juga berupa peta konsep atau gambar langsung atau kartun sederhana
yang dapat menjadi alat untuk mengikhtisarkan. Pekerjaan keterpaduan ini dilakukan
dengan baik dalam diskusi-diskusi kelompok dimana anggota kelompok dapat
memberikan urunan pendapatnya atau meningkatkan pandangan atau teori yang
selama ini telah muncul.
Fungsi dan Pemanfaatan
Penelitian Kualitatif
Penelitian
kualitatif dimanfaatkan untuk keperluan:
·
Pada
penelitian awal dimana subjek penelitian tidak didefinisikan secara baik dan
kurang dipahami.
·
Pada
upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motivasional.
·
Untuk
penelitian konsultatif.
·
Memahami
isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi seseorang.
·
Untuk
memahami isu-isu yang sensitif.
·
Untuk
keperluan evaluasi.
·
Untuk
meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian
kuantitatif.
·
Digunakan
untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang sebjek
penelitian.
·
Digunakan
untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai sekarang belum banyak
diketahui.
·
Digunakan
untuk menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah banyak diketahui.
·
Digunakan
oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu mendalam.
·
Dimanfaatkan
oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar belakang misalnya
tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi.
·
Digunakan
oleh peneliti yang berkeinginan untuk menggunakan hal-hal yang belum banyak
diketahui ilmu pengetahuan.
·
Dimanfaatkan
oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar