TAFSIR AL-A’RAF 176-177
MAKALAH
Disusun Oleh :
1.
Teguh Prasetiyo
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM LUKMAN AL-HAKIM
PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi
Allah, yang selalu memberikan nikmat-Nya kepada kita.Sholawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya sampai akhir zaman kelak.
Makalah ini kami susun dengan judul
“TAFSIR AL-A’RAF 176-177”,
akan mengulas tentang hal-hal yang berhubungan dengan konsep manajemen berbasis
sekolah yang ada di dunia pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi lebih sempurnanya makalah
ini. Akhir kata penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperanserta dalam penyusunan makalah ini.Semoga Allah senantiasa meridhai
segala usaha kita.Aamiin.
Surabaya,
21 Desember 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa
pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian yang Islami. Dari satu segi kita
melihat bahwa pendidikan itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap
mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik bagi keperluan diri sendiri
maupun orang lain. Disamping itu pendidikan
bertujuan agar terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Menurut Islam
pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia menjadikan manusia yang menghambakan
diri kepada Allah.
Islam
menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Akan tetapi pendidikan Islam
disini mencakup pengajaran umum dan pengajaran agama, yang didasari dengan
langkah-langkah mengajar yang disebut dengan metode pengajaran. Dalam
pendidikan Islam, pengajaran agama Islam mencakup pembinaan keterampilan,
kognitif, dan afektif yang menyangkut pembinaan rasa Iman, rasa beragama pada
umumnya. Adapun metode pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat dilakukan
oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada
anak didik. Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan
menyajikan materi pendidikan Islam, agar materi pendidikan Islam tersebut dapat
dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam pendidikan Islam
metode pendidikan ini disebut dengan istilah “Thariqatut Tarbiyah” atau
“Thariqatur Tahzib”.
Dalam Al-Qur’an dan Hadits dapat
ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan,mendidik
jiwa, dan membangkitkan semangat, juga mampu menggugah puluhan ribu Muslimin
untuk membuka hati umat manusia menerima tuntunan Allah. Dalam hal ini, salah
satunya metode dakwah yang merupakan metode pendidikan yang berfungsi untuk
mengajak dan membawa uamtnya ke jalan Allah dan untuk mendapat keridhoan-Nya.
Untuk itu, pemakalah akan menguak lebih jelas mengenai metode pendidikan atau
yang dikenal dengan metode pengajaran secara global dalam bab pembahasan yang selanjutnya akan di bahas metode dalam surat AL-A’raf 176-177
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa makna metode pendidikan
yang terkandung dalam surat Al-A’raf 176-177?
C. Tujuan
1.
Mengetahui makna metode pendidikan yang terkandung dalam surat
Al-A’raf 176-177
1. Tafsir
Jalalayn
176. (Dan kalau Kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan dia) kepada derajat para ulama (dengan ayat-ayat
itu). seumpamanya
Kami memberikan taufik/kekuatan kepadanya untuk mengamalkan ayat-ayat itu
(tetapi dia cenderung) yaitu lebih
menyukai (kepada tanah) yakni harta benda dan duniawi (dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah) dalam doa yang dilakukannya,
akhirnya Kami balik merendahkan derajatnya. (Maka perumpamaannya) cirri khasnya (seperti anjing jika kamu menghalaunya) mengusir dan menghardiknya
(diulurkannya lidahnya) lidahnya menjulur (atau) jika (kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga) sedangkan
sifat seperti itu tidak terdapat pada hewan-hewan selain anjing. Kedua jumlah
syarat
menjadi hal, ia menjulurkan lidahnya
dalam keadaan terhina dalam segala kondisi. Maksudnya penyerupaan/tasybih ini ialah mengumpamakan dalam hal kerendahan dan
kehinaan dengan qarinah adanya fa yang memberikan pengertian tertib dengan kalimat sebelumnya, yakni kecenderungan
terhadap duniawi dan mengikuti hawa nafsu rendahnya, juga karena adanya
qarinah/bukti firman-Nya, (Demikian
itulah) perumpamaan itulah (perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu)
kepada orang-orang Yahudi (agar mereka berpikir) agar mereka mau memikirkannya hingga mereka mau beriman.
177. (Amat buruklah) amat jeleklah
(perumpamaan suatu kaum) yaitu perumpamaan kaum itu (yaitu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada
diri mereka sendirilah mereka berbuat lalim) dengan mendustakan ayat-ayat itu.[1]
2. Tafsir
ibu katsir
agar mereka berpikir. (AlA''raf: 176)
Demikianlah yang
diceritakan oleh Sayyar kepadaku, tetapi aku tidak tahu barangkali di dalamnya kemasukan
sesuatu dari kisah lainnya. Menurut
kami dia adalah Bal'am. Menurut suatu pendapat yaitu Bal'am ibnu,Ba'ura, menurut pendapat
lainnya Ibnu Ibr, dan menurut pendapat
yang lainnya dia adalah Ibnu Ba'ur ibnu Syahtum ibnu Qusytum ibnu Maab ibnu Lut ibnu Haran, sedangkan
menurut pendapat yang lainnya
lagi adalah Ibnu Haran ibnu Azar. Dia tinggal di suatu kampong yang berada di wilayah AlBalqa. Ibnu Asakir mengatakan bahwa dialah
orang yang mengetahui Ismul A 'zam, lalu
ia murtad dari agamanya; kisahnya disebutkan di dalam AlQur*an. Kemudian sebagian dari
kisahnya adalah seperti yang telah
disebutkan di atas, bersumberkan dari
Wahb dan lainlainnya. Muhammad
ibnu lshaq ibnu Yasar telah meriwayatkan dari Salim Abun Nadr; ia pernah menceritakan bahwa
Musa a.s. ketika turun di negeri
Kan'an—bagian dari wilayah Syam—maka kaum BaPam dating menghadap kepada BaPam dan mengatakan
kepadanya, "Musa ibnu Imran
telah datang bersama dengan pasukan Bani Israil. Dia dating untuk mengusir kita dari negeri kita dan
akan membunuh kita, lalu membiarkan
tanah ini dikuasai oleh Bani Israil. Dan sesungguhnya kami adalah kaummu yang dalam waktu yang
dekat tidak akan mempunyai tempat
tinggal lagi, sedangkan engkau adalah seorang lelaki yang doanyadiperkenankan
Tuhan. Maka keluarlah engkau dan berdoalah untuk
kehancuran mereka." BaPam menjawab, "Celakalah kalian!
Nabi Allah ditemani oleh
para malaikat dan orangorang mukmin, maka mana mungkin saya pergi mendoakan untuk kehancuran mereka,
sedangkan saya mengetahui Allahtidak akan menyukai hal itu?"
Mereka mengatakan kepada BaPam,
"Kami tidak akan memiliki tempat
tinggal lagi." Mereka terus menerus meminta dengan memohonbelas kasihan dan
berendah diri kepada BaPam untuk membujuknya. Akhirnya
BaPam terbujuk.Lalu BaPam menaiki keledai kendaraannya menuju ke arah sebuah bukit sehingga ia dapat melihat
perkemahan pasukan kaum Bani Israil, yaitu
Bukit Hasban. Setelah berjalan tidak begitu jauh, keledainya mogok, tidak mau jalan. Maka BaPam turun
dari keledainya dan memukulinya
hingga keledainya mau bangkit dan berjalan, lalu BaPam menaikinya. Tetapi setelah berjalan
tidak jauh, keledainya itu mogok lagi,
dan BaPam memukulinya kembali, lalu menjewer telinganya. Maka secara aneh keledainya dapat berbicara
—memprotes tindakannya— seraya
mengatakan, "Celakalah kamu. hai Ballam, ke manakah kamu akan
pergi. Tidakkah engkau melihat para malaikat berada di hadapanku menghalanghalangi jalanku? Apakah engkau akan pergi untuk mendoakan buat kehancuran Nabi Allah dan
kaum mukminin?" Bal'am
tidak menggubris protesnya dan terus memukulinya, maka Allah memberikan jalan kepada keledai
itu setelah Bal'am memukulinya. Lalu
keledai itu berjalan membawa Bal'am hingga sampailah di atas puncak Bukit Hasban, di atas
perkemahan pasukan Nabi Musa dan kaum
Bani Israil. Setelah ia sampai di tempat itu, maka ia berdoa untuk
kehancuran mereka. Tidak sekalikali Bal'am mendoakan keburukan untuk Musa
dan pasukannya, melainkan Allah memalingkan
lisannya hingga berbalik mendoakan
keburukan bagi kaumnya. Dan tidak sekalikali Bal'am mendoakan kebaikan buat kaumnya,
melainkan Allah memalingkan lisannya
hingga mendoakan kebaikan buat Bani Israil.. Maka
kaumnya berkata kepadanya, "Tahukah engkau, hai Bal'am, apakah yang telah kamu lakukan?
Sesungguhnya yang kamu doakan hanyalah
untuk kemenangan mereka dan kekalahan kami." Bal'am menjawab, "Ini adalah suatu hal
yang tidak saya kuasai, hal ini merupakan sesuatu
yang telah ditakdirkan oleh Allah." Maka
ketika itu lidah Bal'am menjulur keluar sampai sebatas dadanya, lalu ia berkata kepada kaumnya,
"Kini telah lenyaplah dariku dunia
dan akhiratku, dan sekarang tiada jalan lain bagiku kecuali harus melancarkan tipu muslihat dan kilah yang
jahat. Maka aku akan melancarkan
tipu muslihat buat kepentingan kalian. Sekarang percantiklah wanitawanita
kalian dan berikanlah kepada mereka
berbagai macam barang dagangan.
Setelah itu lepaskanlah mereka pergi menuju tempat perkemahan pasukan Bani Israil untuk
melakukan jual beli di tempat mereka,
dan perintahkanlah kepada kaum wanita kalian agar jangan sekalikali ada
seorang wanita yang menolak bila dirinya diajak berbuat mesum dengan lelaki dari kalangan
mereka. Karena sesungguhnya jika ada
seseorang dari mereka berbuat zina, maka kalian akan dapat mengalahkan mereka." Lalu kaum
Bal'am melakukan apa yang telah diperintahkan. Ketika kaum wanita itu memasuki
perkemahan pasukan Bani Israil seorang
wanita dari Kan'an (kaum Bal'am) yang dikenal dengan nama Kusbati seorang lelaki dari
kalangan pembesar kaum Bani Israil. Lelaki tersebut bernamaZumri ibnu Syalum, pemimpin
kabilah Syam'un ibnu Ya'qub ibnu
Ishaq ibnu Ibrahim.Ketika Zumri melihat Kusbati, ia terpesona oleh
kecantikannya. Lalu ia bangkit
dan memegang tangan Kusbati, kemudian membawanya menghadap
kepada Nabi Musa. Zumri berkata, "Sesungguhnya aku menduga engkau akan mengatakan bahwa ini
diharamkan atas dirimu, janganlah
kamu mendekatinya." Musa a.s. berkata, "Dia haram bagimu!" Zumri menjawab, "Demi Allah, saya
tidak mau tunduk kepada perintahmu
dalam hal ini." Lalu Zumri membawa Kusbati masuk kedalam kemahnya dan
menyetubuhinya. Maka
Allah Swt. mengirimkan penyakit ta'un kepada kaum Bani Israil di perkemahan mereka. Pada saat
Zumri ibnu Syalum melakukan perbuatan
mesum itu Fanhas ibnul Aizar ibnu Harun —pengawal pribadi Musa— sedang tidak ada di tempat.
Penyakit ta'un datang melanda mereka,
dan tersiarlah berita itu. Lalu Fanhas mengambil tombaknya yang seluruhnya terbuat dari besi,
kemudian ia memasuki kemah Zumri yang
saat itu sedang berbuat zina, lalu Fanhas menyate keduanya dengan tombaknya. Ia keluar seraya mengangkat
keduanya setinggitingginya dengan
tombaknya. Tombaknya itu ia jepitkan ke lengannya dengan bertumpu ke bagian pinggangnya,
sedangkan batangnya ia sandarkan ke
janggutnya. Dia (Fanhas) adalah anak pertama AlAizar. Kemudian ia
berdoa, "Ya Allah, demikianlah pembalasan yang kami lakukan terhadap orang yang berbuat durhaka
kepada Engkau." Maka ketika itu juga
penyakit ta'un lenyap. Lalu
dihitunglah orangorang Bani
Israil yang mati karena penyakit ta'un
sejak Zumri berbuat zina dengan wanita itu hingga Fanhas membunuhnya, ternyata seluruhnya
berjumlah tujuh puluh ribu orang. Sedangkan
menurut perhitungan orang yang meminimkan jumlahnya dari kalangan mereka, dua puluh ribu
jiwa telah melayang dalam jarak waktu
satu jam di siang hari. Sejak
saat itulah kaum Bani Israil memberikan kepada anakanak Fanhas dari setiap korban yang mereka
sembelih, yaitu bagian leher, kaki
depan, dan janggut korbannya, serta anak yang pertama dari ternak mereka dan yang paling disayangi, karena
Fanhas adalah anak pertama dari
ayahnya vang bernama AlAizura.
Adapun firman Allah Swt.:
maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya,
dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
(AlA'' raf:
176)
Para ahli tafsir berbeda pendapat
mengenai maknanya. Menurut teks Ibnu
Ishaq, dari Salim, dari Abun Nadr, lidah Bal'am terjulur sampai dadanya. Lalu dia diserupakan dengan
anjing yang selalu menjulurkan lidahnya
dalam kedua keadaan tersebut, yakni jikadihardik menjulurkan
lidahnya, dan jika dibiarkan tetap
menjulurkan lidahnya. Menurut
pendapat lain, makna yang dimaksud ialah 'Bal'am menjadi
seperti anjing dalam hal kesesatannya dan keberlangsungannya
di dalam kesesatan serta tidak adanya
kemauan memanfaatkan doanya untuk
keimanan9 . Perihalnya diumpamakan dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya dalam kedua keadaan
tersebut, jika dihardik menjulurkan
lidahnya, dan jika dibiarkan tetap menjulurkan lidahnya tanpa ada perubahan. Demikian pula
keadaan Bal'am, dia tidak memanfaatkan
pelajaran dan doanya buat keimanan; perihalnya sama dengan orang yang tidak memilikinya.
Sama halnya dengan pengertian
Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak
memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan
beriman. (YasTn: 10) Kamu memohonkan ampun
bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah
sama saja). Kendatipun
kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali,
namun Allah sekalikali tidak akan memberi ampun
kepada mereka. (AtTaubah: 80)
dan ayatayatlainnya yang semakna.
Menurut pendapat
lainnya, makna yang dimaksud ialah 'kalbuorang kafir dan orang munafik serta
orang yang sesat kosong darihidayah, hatinya penuh dengan penyakit yang tak
terobatkan*. Kemudian pengertian
ini diungkapkan ke dalam ungkapan itu. Hal yang semisal
telah dinukil dari AlHasan AlBasri dan
lainlainnya.
Firman Allah Swt.:
Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisahkisah agar mereka berpikir. (AlA'raf:
176)
Allah Swt. berfirman kepada NabiNya, yaitu Nabi Muhammad Saw.:
Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisahkisah agar mereka (AlA'rif: 176)
yakni agar Bani Israil mengetahui kisah
Bal'am dan apa yang telah menimpa Nya, karena dia telah salah menggunakan
nikmat Allah yang telah dikaruniakan
kepadanya, nikmat itu ialah Ismul A 'zam yang diajarkan Allah
kepadanya. Ismul
A 'zam adalah suatu doa yang apabila dipanjatkan untuk memohon sesuatu, niscaya
dikabulkan dengan seketika. Ternyata Bal'am
menggunakan doa mustajab ini untuk selain ketaatan kepada Tuhannya, bahkan menggunakannya untuk
memohon kehancuran bagi bala
tentaraTuhanYang Maha Pemurah, yaitu orangorang yang beriman, pengikut hamba dan rasulNya di masa itu, yakni Nabi Musa ibnu Imran a.s. yang dijuluki sebagai Kalimullah (orang
yang pernah diajak berbicara
secara langsung oleh Allah). Karena itulah
dalam firman selanjutnya
disebutkan:
agar mereka berpikir. (AlA'raf:176)
Maksudnya, mereka harus
bersikap waspada supaya jangan terjerumus ke
dalam perbuatan yang semisal, karena sesungguhnya Allah telah memberikan ilmu kepada kaum Bani Israil
(di masa Nabi Saw.) dan membedakan
mereka di atas selain mereka dari kalangan orangorang Arab. Allah telah menjadikan mereka
memiliki pengetahuan tentang sifat
Nabi Muhammad melalui kitab yang ada di tangan mereka; mereka mengenalnya sebagaimana mereka mengenal
anakanaknya sendiri. Mereka adalah orangorang yang paling berhak dan paling utama
untuk mengikuti Nabi Saw., membantu, dan
menolongnya, seperti yang telah diberitakan
kepada mereka oleh nabinabi mereka
yang memerintahkan kepada
mereka untuk mengikutinya. Karena itulah orangorang yang menentang
dari kalangan mereka (Bani Israil) terhadap apa yang ada didalam kitab mereka,
lalu menyembunyikannya, sehingga hambahambaAllah yang lain tidak mengetahuinya,
maka Allah menimpakan kepada mereka
kehinaan di dunia yang terus berlangsung sampai kehinaan diakhirat.
Firman Allah Swt.:
Amat buruklah perumpamaan orangorangyang mendustakan ayat
Allah Swt. berfirman bahwa
seburukburuknya perumpamaan
adalah perumpamaan orangorang yang mendustakan ayatayat Kami. Dengan kata lain, seburukburuk perumpamaan adalah perumpamaan mereka yang diserupakan dengan anj ing, karena
anj ing tidak ada yang dikejarnya selain
mencari makanan dan menyalurkan nafsu syahwat. Barang siapa yang menyimpang dari jalur ilmu dan
jalan petunjuk, lalu mengejar kemauan
hawa nafsu dan berahinya, maka keadaannya mirip dengan anjing; dan seburukburuk perumpamaan ialah yang diserupakan
dengan anjing. Karena itulah di dalam sebuah
hadis sahih disebutkan bahwa Nabi
Saw. telah bersabda: Tiada pada kami suatu
perumpamaan yang lebih buruk daripada perumpamaan seseorang
yang mencabut kembali hibahnya, perumpamaannya sama
dengan anjing, yang memakan kembalimuntahnya.[2]
3. Tafsir Sya’rawi
شِئْناَ : Menghendaki
لَرَفَعْنَا : Tinggikan
يَلْهَثْ : Julurkan
تَحْمِلْ : Menghalau
وَ لَوْ
شِئْناَ لَرَفَعْنَا هُ dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami
tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu. Tindakan peninggian itu dilakukan
oleh Allah, namun mereka memilih untuk tetap bertahan di muka bumi, sedangkan
kehinaan tidak pantas dilakukan Allah , tapi dilakukan oleh mereka sendiri.
Disini Allah mengangkat orang-orang yang berjalan pada manhaj-Nya. Ketika Allah
berkata وَ لَوْ شِئْناَ maknanya bila Kami
berkehendak untuk meninggikan maka itu pasti terwujud. Kenapa Allah berkata وَ لَوْ شِئْناَ لَرَفَعْنَا هُ ? jawabannya karena
kehendak Allah itu mutlak, Dia dapat berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya.
Namun Allah terlebih dahulu menjadikan ikhtiar sebagai standar nilai. Untuk itu,
Dia tidak meninggikan derajat orang yang melanggar, sesuai dengan sunnahtullah.
Dan sunnahtullah tidak pernah berubah. Sunnahtullah mengatakan bahwa setiap
muslim yang berbuat baik akan mendapat pahala dan bila berbuat jahat akan
mendapat siksa.[3]
فَمَثَلُهُ
كَمَثَلِ ا لْكَلَبِ اِ نْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ maka
perempumannya seperti anjing, jika kamu menghalunya dijulurkan lidahnya dan
jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Ketika kamu duduk,
lalu datanglah anjing mendekatimu niscaya kamu akan mengusirnya dan menyuruhnya
jauh. Jadi, penafsiran تَحْمِلْ عَلَيْهِ ialah
saat kamu mengusirnya, ketika itu juga ia (anjing) akan mengulurkan lidahnya.
Karena hakikat anjing selalu mengulurkan lidah. Sedangkan Kata يلهث terambil dari kata
لهتث yaitu terengah-engah karena sulit bernafas seperti yang baru
berlari cepat. Penggalan ayat ini mengutarakan suatu fenomena, yaitu bahwa
anjing selalu menjulurkan lidah saat dihalau maupun dibiarkan. Ini disebabkan
karena anjing tidak memiliki kelenjar keringat yang cukup dan yang berguna
untuk mengatur suhu badan. Karena itulah, untuk mengatur suhu badannya , anjing
selalu menjulurkan lidah. Sebab dengan cara membuka mulut yang biasa dilakukan
dengan menjulurkan lidah, anjing lebih banyak bernafas dari biasanya. Kenapa
Allah mengumpamakannya dengan anjing yang mengulurkan lidah? Karena hal
tersebut merupakan gambaran perbuatan yang dibenci oleh manusia selamanya.
Manusia yang berakhlak seperti anjing ini adalah gambaran dari terus menerusnya
manusia mengikuti hawa nafsunya, dan bahkan kehidupan mereka diatur oleh hawa
nafsu tersebut. Oleh karena itu, manusia hidup dalam kesempitan, karena mereka
takut nikmat itu akan meninggalkannya atau dia yang meninggalkan nikmat itu.
Hal ini sama seperti anjing yang terus-menerus menjulurkan lidahnya.
ذَ لِكَ
مَثَلُ ا لْقَوْ مِ ا لَّذِ يْنَ كَذَّ بُو ا بِاَ يَا تِنَا demikian
itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Ungkapan ini
ditujukan kepada bangsa Yahudi. Allah telah menyatakan suatu kabar gembira yang
dicantumkan-Nya di dalam kitab Taurat bahwasanya akan datang Muhammad berikut
sifat dan tanda-tandanya, yang jika manusia melihatnya niscaya dia melihat
sosok Muhammad itu. Pengenalan sosok itu seperti kamu mengenal anak kandungmu
sendiri. Namun, bangsa Yahudi mendustai ayat-ayat mukjizat yang menetapkan
kenabian Muhammad sebagai utusan Allah.
فَا قْصُصِ ا
لْقَصَصَ maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu, hal ini menerangkan
bahwa Allah tidak berkehendak untuk mengajarkan kita sejarah, namun Dia ingin
mengajari kita bagaimana mengambil pelajaran dari sejarah, dengan alasan Allah
selalu mengulangi kisah-kisah yang sama, dan setiap kisah selalu diisi dengan
muatan baru yang tidak terdapat pada kisah sebelumnya. Hal itu bertujuan untuk
memperkaya satu kisah dengan berbagai pelajaran untuk direnungi. Untuk itu
Allah menerangkan dalam ayat ini, bahwa Allah telah menurunkan manhaj
(petunjuk) melalui perantara malaikat kepada sebagian manusia.
لَعَلَّهُمْ
يَتَفَكَّرُوْنَ agar mereka berpikir. Kata ا
لتفكر maknanya ialah bila kamu (manusia) mengalami kelupaan, maka kamu
berusaha untuk mengingatnya hingga yang lupa itu dapat diingat kembali. Jadi
kata فَا قْصُصِ ا لْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir,
maknanya ialah manusia akan memikirkan cara firman-firman Allah, dan semoga
saja dengan diceritakan kisah ini manusia dapat beriman.
b. Surah Al-A’raf ayat
177
“Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami
dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.”
سَا ءَ
مَثَلاً maknanya
buruk dai segi perumpamaan. Ayat ini menjelaskan bahwa alangkah buruknya
kondisi suatu kaum yang apabila ia mendustai ayat-ayat Allah, berarti ia telah
menzalimi dirinya sendiri. وَ اَ نْفُسَهُمْ كَا نُوْ ا
يَظْلمُوْنَ dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.
Kosa Kata
1. Buruk سَا
ءَ ii. Perumpamaan مَثَلا iii.
Mendustakan كَذَّ بُو اْ
2. Metode Pembelajaran Berdasarkan Surah Al-A’raf
Ayat 176-177
a. Metode Perumpamaan
Adapun pengertian dari metode
perumpamaan adalah penuturan secara lisan oleh guru terhadap peserta didik yang
cara penyampainnya menggunakan perumpamaan. Seorang pendidik mengumpamakan
seekor anjing yang terus menjulurkan lidahnya. Dalam hal ini seorang pendidik
mengajari anak didiknya untuk senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah
diberikan Allah kepada kita. Jangan merasa kekurangan, seperti seekor anjing
baik itu ketika ia lapar, haus, berlari, maupun kenyang, ia terus menjulurkan
lidahnya. Kebaikan metode ini diantaranya yaitu :
- Mempermudah siswa memahami apa
yang disampaikan pendidik
- Perumpamaan dapat merangsang
kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.[4]
b. Metode cerita (kisah)
Dalam hal ini, seorang pendidik
mengajarkan kepada muridnya dengan cara menceritakan kisah tentang seseorang
yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah di milikinya. Seperti Qorun
yang tamak akan harta yang dimilikinya, sehingga dengan ketamakannya itu, Allah
menengglamkannya bersama hartanya tersebut.
Jadi, kedua ayat diatas memberikan
perempumaan tentang siapapun yang sedemikian dalam pengetahuannya sampai-sampai
pengetahuan itu melekat pada dirinya, seperti melekatnya kulit pada daging.
Namun ia menguliti dirinya sendiri dengan melepaskan tuntutan pengetahuannya.
Ia diibaratkan seekor anjing yang terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya
sepanjang hidupnya. Hal ini sama seperti seseorang yang memiliki ilmu
pengetahuan tetapi ia terjerumus karena mengikuti hawa nafsunya. Ia tidak dapat
mengendalikan hawa nafsunya dengan ilmu yang ia miliki. Seharusnya pengetahuan
tersebut yang membentengi dirinya dari perbuatan buruk, tetapi ternyata baik ia
sudah memiliki hiasan dunia ataupun belum, ia terus menerus mengejar dan
berusaha mendapatkan dan menambah hiasan duniawi itu karena yang demikian telah
menjadi sifat bawaannya seperti keadaan anjing tersebut. Sungguh buruk kedaan
orang yang demikian.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi, kita janganlah mengikuti hawa
nafsu yang semata-mata hanya untuk dunia saja dan bisa menjerumuskan kita
kedalam neraka serta syukurilah apa yang telah ada pada diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar