TAFSIR LUQMAN AYAT 12-19
MAKALAH
Disampaikan Untuk Memenuhi Syarat Tugas Kuliah
Yang Dipresentasikan di Seminar Kelas Mata Kuliah Tafsir dan Hadist
Tarbawi
Kelas Reguler
Program Studi Manajemen Pendidikan
Oleh:
Hana’ Rahadathul Aisy
Wafiyah
Dosen
Pembimbing:
Muh. Nurul Huda, M.Pd.I
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL HAKIM
SURABAYA
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai
karunia-Nya dan nikmat-Nya. Sehingga dengan segala nikmat yang di berikan oleh
Allah, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul“TAFSIR SURAT LUQMAN
AYAT 12-19” ini tepat waktu. Salawat
serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang di penuhi dengan
cahaya islam. penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah banyak membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Dalam
penyusunan makalah ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Ustad Muh. Nurul Huda, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah
tafsir dan hadist Tarbawi sekaligus pembimbing penyusunan makalah ini, dan atas
ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
2. Para dosen STAIL Surabaya atas bekal ilmu
pengetahuan yang diberikan.
3. Orang
tua kami atas segala dukungan moril maupun materil.
4. Serta
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, tanggapan,
kritik, dan saran dari dosen khususnya maupun pembaca pada umumnya sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang.
Mudah-mudahan Allah memberikan manfaat atas makalah ini dan melimpahkan
pertolongan serta kebenaran kepada kita semua. Amin.
Surabaya,
30 November 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Orang tua dan keluarga
adalah “sekolah” pertama bagi anak. Anak yang lahir bersih seperti kertas putih
itu akan mendapat celupan warna dari orang tua dan orang-orang dekat atau
keluarga. anak merupakan amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang
tuanya, maka dari itu orang tua berkewajiban untuk menjaga dan memelihara serta
menyampaikan amanat itu kepada yang berhak yaitu anak.
Saat ini banyak
sekali ditemukan orang tua yang tidak mendidik anaknya dengan benar, mungkin
salah satunya dikarenakan ketidak fahaman mereka tentang agama islam ini. Bukan
hanya tidak memberikan didikan yang baik, bahkan mereka para orangtua banyak
yang justru mendidik anak mereka menuju kesesatan, mulai dari hal-hal yang
berbau maksiat, sampai kepada kesyirikan, yang dengan atau tanpa sadar mereka
tanamkan pada anak mereka. Maka, bagi orang tua kiranya sangat diperlukan
pengetahuan tentang agama dan cara mendidik anak, seperti yang dilakukaan
luqman pada anaknya, yang mana dididikan pertama yang ia berikan adalah tentang
aqidah, larangan berbuat syirik, kemuadian dilanjutkan dengan ajaran lainnya
yang juga penting bagi anak. Hal itu terkandung dalam surat luqman ayat 12-19,
yang akan kami jabarkan makna, tafsir, dan faidahnya dalam makalah ini.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa tafsir surat Luqman ayat 12-19?
2. Apa saja faidah yang dapat diambil dari surat Luqman ayat 12-19?
3. Apa saja nilai pendidikan dalam surat Luqman ayat 12-19?
1.3.Tujuan Makalah
- Mengetahui
makna dan tafsir surat Luqman ayat 12-19.
- Mengetahui
faidah yang dapat diambil dari surat Luqman ayat 12-19.
- Mengetahui nilai pendidikan dalam surat Luqman ayat 12-19.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tafsir
surat Luqman ayat 12-19
قوله
تعالى : و لقد آتينا لقمان الحكمة ان اشكر لله ومن يّشكر فإنما يشكر لنفسه ومن كفر
فإنّ اللة غني حميد (12)
dan Sesungguhnya
telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada
Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Ayat ini menerangkan
tentang luqman yang di anugerahi oleh Allah untuk mengambil hikmah. Secara
bahasa hikmah berasal dari kata hakamah yang berarti kendali. Jadi hikmah
disini ialah mengendalikan
masalah dengan pengetahuan.
Allah Ta’ala
berfirman, “Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada luqman...” Menurut Al Jazairi maksudnya ialah, pemahaman
tentang agama dan kebenaran dalam menghadapi masalah, yang pada akhirnya
menumbuhkan rasa takut kepada Allah Ta’ala. Dan kami wasiatkan kepadanya
untuk selalu berdzikir dan bersyukur yaitu dengan ketaatan dalam beribadah dan
mengesakan-Nya. Firman Allah, “Bersyukurlah kepada Allah...” Yakni, kami
katakan kepadanya bersyukurlah kepada Allah Penciptamu atas nikmat-nikmat yang
telah Dia anugerahkan kepadamu dan menggunakannya pada sesuatu yang membuat
Allah ridha kepadamu dan tidak membencimu.
Sedangakan menurut Muhammad
Thalib, hikmah yang dimaksud disini adalah karunia brupa ilmu syari’at untuk
mematuhi perintah Allah dengan nikmat yang telah diberikan.
Firman Allah, “Dan
barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya
sendiri...” Kata syukur berasal dari kata “syakara”, yang maknanya berkisar
antara pujian dan kebaikan. Syukur manusia kepada Allah dimulai dari hatinya
yang terdalam. Yakni, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka buah dari
syukur itu akan kembali pada dirinya sendiri.Yaitu Dia akan menjaga bahkan
menambahkan nikmat-Nya tersebut. Karena Allah adalah Maha Kaya, Maha Terpuji
atas segala perbuatan-Nya, Dia tidak butuh pada makhluk-Nya sedikit pun, tetapi
merakalah yang membutuhkan Allah Ta’ala.
Sayyid Quthub
mengatakan hikmah konsekwensinya adalah kesyukuran kepada Allah. Dan menurut Muhammad Thalib bersykur artinya
menggunakan nikmat Allah di jalan yang benar, dan barang siapa tidak
menggunakannya dijalan yang benar, maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkan
ketaatan manusia tersebut[1].
قوله تعالى
: وإذ قال لقمان لابنه وهو يعضه يبنيّ لا تشرك بالله إنّ شرك لظلم عظيم (13) dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".
Firman Allah Ta’ala,”Dan
( ingatlah ) ketika luqman berkata... “ Allah berfirman kepada Rasul-Nya,
“Ceritakanlah wahai muhammad kepada kaum musyrikin tentang perkataan luqman
terhadap anaknya. Dia adalah orang yang diistimewakan oleh Allah. Karena dia
melarang anaknya berbuat syirik, sebagaimana Aku melarang kalian untuk tidak
melakukan hal itu, akan tetapi kalian marah dan tetap membangkang serta sombong.
“ Luqman berkata kepada anaknya sebagaimana yang Dia firmankan, “Dan
ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya...” di waktu dia memberi
pelajaran kepadanya” Yakni ketika dia memerintahkan dan mendorong anaknya
untuk melakukan kebaikan serta melarangnya dan menjelaskan ancaman bagi
orang-orang yang berbuat kemungkaran.
Kata ‘izuhu terambil
dari kata Wa’zh yaitu nasehat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara
menyentuh hati, yakni dengan cara yang lembut dan tidak membentak.
“ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah...” dalam beribadah dalam sesuatu apapun. Kemudian luqman memberi
alasan akan larangannya tersebut, agar anaknya dapat memahami apa yang dia
katakan, yaitu “ Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)adalah benar-benar
kedzaliman yang besar.” Zalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada pada
tempatnya, dimana hal itu berakibat pada kerusakan dan kerugian yang besar.
Beribadah kepada selain Allah adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya,
karena yang berhak untuk diibadahi dan disembah hanyalah Allah dan itulah hak
Allah atas hamna-Nya, sebagai balasan atas diciptakannya mereka, atas rizki dan
karunia-Nya, serta pemeliharaan dan penjagaan Allah dalam kehidupan mereka.
قوله
تعالى : ووصّينا الانسان بوالديه حملته أمه وهنا على وهن وفصاله في عامين ان اشكر
لي و لوالديك اليّ المصير (14) dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
Allah Ta’ala
berfirman, “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu dan bapaknya...” Maksudnya, kami wasiatkan kepada manusia yaitu
memerintahkan mereka berbuat baik, berbakti dan mentaati keduanya dalam hal
yang ma’ruf serta tidak menyakiti mereka. Firman Allah Ta’ala, “Ibunya telah
mengandungnyadalam keadaan lemah yang bertambah-tambah...” Yakni dalam
keadaan yang sangat lemah serta sangat susah payah, yaitu rasa sakit yang
dideritanya ketika saat melahirkan. Rasa capek yang dia tanggungkan dalam
mengandung, melahirkan, dan ketika menyusui. Maka kondisi seorang ibu seperti
ini lebih ditekankan untuk berbuat baik kepadanya melebihi kepada ayahnya dua
kali lipat.
Firman-Nya,
“Dan menyapihnya dalam dua tahun...” Yakni ibunya menyusui anaknya selama
dua tahun. Dan boleh memisahkannya dari susuan antar dua tahun ini. Dan
firman-Nya, “Bersyukurlah kepadaku dan kedua ibu bapakmu, hanya kepadaku-lah
kembalimu.” Inilah yang diperintahkan Allah, yaitu bersyukur kepada Allah
dengan melakukan ketaatan yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang
dilarang-Nya, serta mengingat-Nya dengan hati dan lisan. Firman Allah Ta’ala,
“Dan kepada dua orang ibu bapakmu...” karena mereka berdua telah berbuat
baik kepadamu, maka kamu harus bersyukur kepada keduanya, yaitu berbakti,
menyambung silaturahmi, dan taat kepada keduanya dalam hal yang ma’ruf dan
bukan dalam rangka maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mentaati dan mensyukuri Allah adalah ketaatan serta
syukur pertama kali yang harus dilakukan sebelum menaati dan mensyukuri kedua
orangtua.
Firman
Allah Ta’ala, “Hanya kepadaku-lah kembalimu...” setelah kematian.
Kalimat ini adalah sebagai pengauat atas kewajiban bersyukur kepada Allah
Ta’ala dan berbakti kepada kedua orangtua. Karena ayat ini mengandung kabar dan
ancaman. Jadi, orang yang bertaqwa, yang kembali kepada Allah dia akan
dimuliakan, sedangkan orang yang bermaksiat akan dihinakan-Nya. Dan selagi
manusia akan kembali kepada Allah ( manusia pasti kembali kepada-Nya ) maka
berbuat taat, bersyukur kepada-Nya dan kepada kedua orangtua adalah sesuatu
yang wajib dan harus dilakukan.
قوله تعالى
: و إن جاهدك على ان تشرك بي ما ليس لك به علم فلا تطعهما وصا حبهما في الدنيا
معروفا واتّبع سبيل من ا نا ب اليّ ثمّ اليّ مرجعكم فانبّئكم بما كنتم تعملون
(15)
dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Firman Allah Ta’ala,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan perlakukanlah keduanya di dunia dengan baik...” Maksudnya jika mereka
berdua memaksa dan berusaha membawamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu
yang tidak engkau ketahui tentangnya, yakni segala macam bentuk kesyirikan,
karena syirik bukan dalam bentuk ibadah saja maka janganlah taati keduanya
dalam hal itu untuk selamanya. “Dan perlakukanlah keduanya di dunia...”
ini dengan baik, yaitu berbakti kepada keduanya, menyambung silaturahmi, dan
taat kepada keduanya dalam hal ma’ruf bukan dalam hal maksiat kepada Allah dan
Rasul-Nya. Dan firman Allah Ta’ala, “Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-ku...” Maksudnya, ikutilah jalan orang-orang yang
kembali kepada-ku yaitu orang yang mengesakan Aku, beribadah, dan berdakwah di
jalan, yakni ialah Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam dan
agamnya. Peristiwa itu terjadi sebelum ibunya masuk islam. Dan ibunya berusaha
semaksimal mungkin membujuk anaknya Sa’ad Radhiyallahu Anhu. Dan
Firman-Nya, “Kemudian hanya kepadaku-lah kembalimu...” semuanya. Lalu kami memberitahukan kepada
kalian tentang apa yang pernah kalian kerjakan, kami akan membalas amal yang
shalih dengan kebaikan, dan perbuatan yang jahat dengan keburukan yaitu neraka.
Maka bertaqwalah kepada-ku, yakni dengan berbuat taat, dan mengesakan-ku,
karena kepada-ku lah kembalinya segala
قوله تعالى : يبنيّ انّها ان تك مثقال حبة من
خردل فتكن في صخرة او في السّماوات او في الأرض يأت بها الله لطيف خبير (Luqman berkata): "Hai anakku,
Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam
batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. (Ayat
16 )
Konteks
pembicaraan masih berkisar tentang cerita Luqman ‘Alaihissalam. Allah
Ta’ala berfirman yakni mengabarkan tentang ucapan Luqman kepada anaknya,
Tsaran, “Hai anakku, sesungguhnya jika ada ( sesuatu perbuatan ) seberat
biji sawi...” Yakni kebaikan atau keburukan seberat biji sawi, “ Dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya...” yaitu menghisab dan membalasnya. “Sesungguhnya Allah
Maha Halus...” Yakni Maha lembut dalam mengeluarkannya dari batu tersebut “
Maha Mengetahui “ dimana tempatnya. Oleh sebab itu hendaknya engkau
melakukan amal shalih, menjauhi kejelekan-kejelekan, dan percayalah terhadap
balasan Allah Yang Maha Adil lagi Maha Penyayang.
Sedangkan
menurut Muhammad Thalib, yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah Allah Maha
Mengetahui benda sekecil apapun, dan maksud kata Allah Maha Mengetahui ialah
Allah mengawasi segala perbuatan hamba Nya
قوله
تعالى : يبنيّ اقم الصّلاة وأمر
بالمعروف وانه عن المنكر واصبر على مآاصا بك انّ ذلك من عزم الاُمور
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (ayat 17)
Adapun
ayat 17 mengandung perintah terhadap anaknya untuk mendirikan shalat,
memerintahkan kepada yang baik, dan bersabar dalam menghadapi gangguan.
Allah mengabarkan tentang dia dalam
firman-Nya, “Hai anakku, dirikanlah shalat...” kerjakanlah shalat
wajibdan sunnah sesuai dengan syarat, rukun-rukun, dan sunnah-sunnahnya. “Dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik...” Yakni melaukan ketaatan kepada
Allah yaitu apa yang Dia wajibkan kepada hamba-hamba-Nya. “Dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar...” yaitu sesuatu yang diharamkan
Allah terhadap hamba-hambaNya berupa keyakinan perkataan dan perbuatan. “Dan
bersabarlah terhadap apayang menimpa kamu...” yaitu dari gangguan
orang-orang yang telah kamu perintahkan berbuat baik dan yang kamu larang
berbuat mungkar. Dan firman Allah Ta’ala,”Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” Maksudnya, sesungguhnya
mendirikan shalat, memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, dan bersabar
dari segala gangguan adakag sesuatu yang diwajibkan Allah yang harus dilakukan
dengan kesungguhan hati.
قوله
تعالى : ولا تصعّر خدّك للتاس ولا تمش في الارض مرحا انّ الله لا يحب كلّ مختال
فخور (18)
dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.
Allah
Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong)...” Ini adalah nasehat Luqman kepada anaknya. Dia melarang
anaknya untuk melakukan beberapa sifat tercela di antaranya adalah sombong
kepada manusia. Dia mengajak orang lain
berbicara tetapi dia memalingkan muka, mendongakkan wajahnya ketika berjalan
dengan sombong, angkuh dan merasa benar, bangga terhadap nikmat tetapi tidak
mensyukuri-Nya. Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Ini juga merupakan
nasehat Luqman kepada anaknya ketika melarangnya dari berlaku sombong, angkuh
dan berbangga diri. Dia memberitahukannya bahwa Allah tidak menyukai orang yang
seperti ini, hingga anak yang dinasehatinya itu menjauhi sifat-sifat yang tidak
baik.
قوله
تعالى : واقصد في مشيك واغضض من صوتك انّ انكر الاصوات لصوت الحمير (19 ) dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Firman-Nya, “Dan sederhanalah kamu
dalam berjalan...” berjalanlah dengan tenang, tidak tergesa-gesa , ketika
kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat. Karena
kata al iqtishad (sederhana) adalah lawannya berlebihan. Firman-Nya “Dan
lunakkan-lah suaramu...” Luqman juga menasehati anaknya untuk melunakkan
suaranya dan tidak mengeraskannya kecuali terpaksa. Seperti orang yang
sederhana dia tidak mengeluarkan uangnya kecuali ada kebutuhan. Dan firman-Nya,
“Sesungguhnya seburuk-buruk suar ialah suara keledai.” Dia menyebutkan gambaran seperti ini agar
anaknya menghindarkan diri dari suara yang keras kecuali terpaksa. Karena
sejelek-jelek suara adalah suara keledai, sebab jika keledai meringkik ia
bersuara sangat keras. Inilah adalah akhir dari kisah Luqman yang shalih, yang
Allah ceritakan melalui firman-Nya.
2.2 Faidah Surat Luqman ayat
12 -19
a. Penetapan tauhid dan ancaman terhadap perbuatan syirik.
b. Penjelasan tentang hikmah yaitu bersyukur kepada Allah dengan
melakukan ketaatan dan mengingat-Nya. Karena tidaklah bersyukur kecuali orang
yang berakal lagi berilmu.
c. Anjuran untuk memberi nasehat dan petunjuk, baik kepada orang
dewasa, anak kecil, saudara dekat maupun saudara jauh.
d. Besarnya perkara syirik dan itu merupakan suatu kedzaliman yang
sangat besar.
e. Penjelasan tentang lamanya menyusui yaitu sekitar dua tahun dan
tidak lebih.
f.
Kewajiban berbakti kepada
kedua orangtua dan menyambung silaturahmi dengan keduanya.
g. Penetapan prinsip bahwa “ Tidak ada ketaatan terhadap makhluk
dalam rangka bermaksiat kepada sang khaliq.”[2]
Dan tidak mentaati kedua orangtua kecuali dalam hal yang baik saja.
h. Kewajiban mengikuti jalan orang-orang beriman dari kalangan ahli
sunnah wal jama’ah, dan diharamkannya mengikuti jalan para pelaku (ahli) bid’ah
dan kesesatan.
i.
Kewajiban untuk merasa selalu
diawasi oleh Allah dan tidak meremehkan kebaikan dan kejelekan, meskipun kecil
dan sedikit.
j.
Kewajiban mendirikan
shalat, ,memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, bersabar terhadap resiko
yang dihadapi ketika memerintahkan orang lain melaukan amar ma’ruf nahi
mungkar.
k. Haram berlaku sombong dan angkuh dalam berjalan. Kewajiban untuk
bersikap tenang dalam berjalan, tidak terlalu cepat dan juga terlalu lambat. Melunakkan suara, dan
sesuai dengan kebutuhan.
2.3 Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqman
Ayat 12-19
- Menanamkan
keimanan dan ketauhidan kepada anak.
- Memerintahkan
anak untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.
- Menanamkan
rasa diawasi Allah.
- Menegakkan
sholat.
- Melakukan
amar ma’ruf nahi mungkar.
- Sabar
dalam menghadapi segala cobaan.
- Tidak
bersikap sombong.
- Sederhana dalam berjalan dan berbicara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam
mendidik anak, kita harus tanamkan sejak dini tentang tauhid dan larangan
berbuat syirik, kemudian dilanjutkan dengan ajaran islam lainnya tentang
akhlak, seperti berbakti pada orng tua, syukur, tidak sombong dan berbicara dengan
sopan. Serta tentang perbuatan yang wajib dilakukan oleh setiap muslim, seperti
sholat dan amar ma’ruf nahi mungkar.
Semua
hal yang diajarkan kepada anak sejak dini tersebut haruslah disampaikan dengan
halus, sebagaimana Luqman yang mengajarkan kepada anaknya dengan sangat lemah
lembut.
3.2 Saran
Sebagai
guru maupun orang tua, marilah kita mendidik anak-anak kita dengan halus dan
penuh hikmah sebagaimana Luqman mendidik anaknya, agar kita keluarga kita, dan
anak didik kita dapat tumbuh denggan pemahaman yang tept seja dini tetang
islam, sehingga kelak tidak tersesat dan dapat bersama meraih surgaNya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar