Tulisan Lain
Menunggu...

4 November 2015

Tafsir QS. Luqman ayat 12-19

TAFSIR LUQMAN AYAT 12-19
MAKALAH

Disampaikan Untuk Memenuhi Syarat Tugas Kuliah
Yang Dipresentasikan di Seminar Kelas Mata Kuliah Tafsir dan Hadist Tarbawi
Kelas Reguler Program Studi Manajemen Pendidikan

Oleh:
Hana’ Rahadathul Aisy
Wafiyah

Dosen Pembimbing:
Muh. Nurul Huda, M.Pd.I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL HAKIM
SURABAYA
2014


KATA PENGANTAR
                                                                             
            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai karunia-Nya dan nikmat-Nya. Sehingga dengan segala nikmat yang di berikan oleh Allah, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul“TAFSIR SURAT LUQMAN AYAT 12-19”  ini tepat waktu. Salawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang di penuhi dengan cahaya islam. penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah  banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini.
            Dalam penyusunan makalah ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.      Ustad Muh. Nurul Huda, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah tafsir dan hadist Tarbawi sekaligus pembimbing penyusunan makalah ini, dan atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
2.      Para  dosen STAIL Surabaya atas bekal ilmu pengetahuan yang diberikan.
3.      Orang tua kami atas segala dukungan moril maupun materil.
4.      Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, tanggapan, kritik, dan saran dari dosen khususnya maupun pembaca pada umumnya sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Mudah-mudahan Allah memberikan manfaat atas makalah ini dan melimpahkan pertolongan serta kebenaran kepada kita semua. Amin.

                                                                                                Surabaya, 30 November  2014


                                                                                                                    Penulis

                                                
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
          Orang tua dan keluarga adalah “sekolah” pertama bagi anak. Anak yang lahir bersih seperti kertas putih itu akan mendapat celupan warna dari orang tua dan orang-orang dekat atau keluarga. anak merupakan amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, maka dari itu orang tua berkewajiban untuk menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanat itu kepada yang berhak yaitu anak.
          Saat ini banyak sekali ditemukan orang tua yang tidak mendidik anaknya dengan benar, mungkin salah satunya dikarenakan ketidak fahaman mereka tentang agama islam ini. Bukan hanya tidak memberikan didikan yang baik, bahkan mereka para orangtua banyak yang justru mendidik anak mereka menuju kesesatan, mulai dari hal-hal yang berbau maksiat, sampai kepada kesyirikan, yang dengan atau tanpa sadar mereka tanamkan pada anak mereka. Maka, bagi orang tua kiranya sangat diperlukan pengetahuan tentang agama dan cara mendidik anak, seperti yang dilakukaan luqman pada anaknya, yang mana dididikan pertama yang ia berikan adalah tentang aqidah, larangan berbuat syirik, kemuadian dilanjutkan dengan ajaran lainnya yang juga penting bagi anak. Hal itu terkandung dalam surat luqman ayat 12-19, yang akan kami jabarkan makna, tafsir, dan faidahnya dalam makalah ini.

1.2.Rumusan Masalah
1.       Apa tafsir surat Luqman ayat 12-19?
2.       Apa saja faidah yang dapat diambil dari surat Luqman ayat 12-19?
3.       Apa saja nilai pendidikan dalam surat Luqman ayat 12-19?

1.3.Tujuan Makalah
  1. Mengetahui makna dan tafsir surat Luqman ayat 12-19.
  2. Mengetahui faidah yang dapat diambil dari surat Luqman ayat 12-19.
  3. Mengetahui nilai pendidikan dalam surat Luqman ayat 12-19.                                       
BAB II
PEMBAHASAN
                                                                                                                     
2.1.  Tafsir surat Luqman ayat 12-19
قوله تعالى : و لقد آتينا لقمان الحكمة ان اشكر لله ومن يّشكر فإنما يشكر لنفسه ومن كفر فإنّ اللة غني حميد (12)                         
          dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
         Ayat ini menerangkan tentang luqman yang di anugerahi oleh Allah untuk mengambil hikmah. Secara bahasa hikmah berasal dari kata hakamah yang berarti kendali. Jadi hikmah disini ialah mengendalikan masalah dengan pengetahuan.
        Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada luqman...”  Menurut Al Jazairi maksudnya ialah, pemahaman tentang agama dan kebenaran dalam menghadapi masalah, yang pada akhirnya menumbuhkan rasa takut kepada Allah Ta’ala. Dan kami wasiatkan kepadanya untuk selalu berdzikir dan bersyukur yaitu dengan ketaatan dalam beribadah dan mengesakan-Nya. Firman Allah, “Bersyukurlah kepada Allah...” Yakni, kami katakan kepadanya bersyukurlah kepada Allah Penciptamu atas nikmat-nikmat yang telah Dia anugerahkan kepadamu dan menggunakannya pada sesuatu yang membuat Allah ridha kepadamu dan tidak membencimu.
        Sedangakan menurut Muhammad Thalib, hikmah yang dimaksud disini adalah karunia brupa ilmu syari’at untuk mematuhi perintah Allah dengan nikmat yang telah diberikan.
         Firman Allah, “Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri...” Kata syukur berasal dari kata “syakara”, yang maknanya berkisar antara pujian dan kebaikan. Syukur manusia kepada Allah dimulai dari hatinya yang terdalam. Yakni, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka buah dari syukur itu akan kembali pada dirinya sendiri.Yaitu Dia akan menjaga bahkan menambahkan nikmat-Nya tersebut. Karena Allah adalah Maha Kaya, Maha Terpuji atas segala perbuatan-Nya, Dia tidak butuh pada makhluk-Nya sedikit pun, tetapi merakalah yang membutuhkan Allah Ta’ala.

         Sayyid Quthub mengatakan hikmah konsekwensinya adalah kesyukuran kepada Allah. Dan menurut Muhammad Thalib bersykur artinya menggunakan nikmat Allah di jalan yang benar, dan barang siapa  tidak menggunakannya dijalan yang benar, maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkan ketaatan manusia tersebut[1].
قوله تعالى : وإذ قال لقمان لابنه وهو يعضه يبنيّ لا تشرك بالله إنّ شرك لظلم عظيم (13)                                                  dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
         Firman Allah Ta’ala,”Dan ( ingatlah ) ketika luqman berkata... “ Allah berfirman kepada Rasul-Nya, “Ceritakanlah wahai muhammad kepada kaum musyrikin tentang perkataan luqman terhadap anaknya. Dia adalah orang yang diistimewakan oleh Allah. Karena dia melarang anaknya berbuat syirik, sebagaimana Aku melarang kalian untuk tidak melakukan hal itu, akan tetapi kalian marah dan tetap membangkang serta sombong. “ Luqman berkata kepada anaknya sebagaimana yang Dia firmankan, “Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya...” di waktu dia memberi pelajaran kepadanya” Yakni ketika dia memerintahkan dan mendorong anaknya untuk melakukan kebaikan serta melarangnya dan menjelaskan ancaman bagi orang-orang yang berbuat kemungkaran.
          Kata ‘izuhu terambil dari kata Wa’zh yaitu nasehat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara menyentuh hati, yakni dengan cara yang lembut dan tidak membentak.
                “ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah...” dalam beribadah dalam sesuatu apapun. Kemudian luqman memberi alasan akan larangannya tersebut, agar anaknya dapat memahami apa yang dia katakan, yaitu “ Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” Zalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada pada tempatnya, dimana hal itu berakibat pada kerusakan dan kerugian yang besar. Beribadah kepada selain Allah adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, karena yang berhak untuk diibadahi dan disembah hanyalah Allah dan itulah hak Allah atas hamna-Nya, sebagai balasan atas diciptakannya mereka, atas rizki dan karunia-Nya, serta pemeliharaan dan penjagaan Allah dalam kehidupan mereka.

قوله تعالى : ووصّينا الانسان بوالديه حملته أمه وهنا على وهن وفصاله في عامين ان اشكر لي و لوالديك اليّ المصير (14)               dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
                Allah Ta’ala berfirman, “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu dan bapaknya...” Maksudnya, kami wasiatkan kepada manusia yaitu memerintahkan mereka berbuat baik, berbakti dan mentaati keduanya dalam hal yang ma’ruf serta tidak menyakiti mereka. Firman Allah Ta’ala, “Ibunya telah mengandungnyadalam keadaan lemah yang bertambah-tambah...” Yakni dalam keadaan yang sangat lemah serta sangat susah payah, yaitu rasa sakit yang dideritanya ketika saat melahirkan. Rasa capek yang dia tanggungkan dalam mengandung, melahirkan, dan ketika menyusui. Maka kondisi seorang ibu seperti ini lebih ditekankan untuk berbuat baik kepadanya melebihi kepada ayahnya dua kali lipat.
                Firman-Nya, “Dan menyapihnya dalam dua tahun...” Yakni ibunya menyusui anaknya selama dua tahun. Dan boleh memisahkannya dari susuan antar dua tahun ini. Dan firman-Nya, “Bersyukurlah kepadaku dan kedua ibu bapakmu, hanya kepadaku-lah kembalimu.” Inilah yang diperintahkan Allah, yaitu bersyukur kepada Allah dengan melakukan ketaatan yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, serta mengingat-Nya dengan hati dan lisan. Firman Allah Ta’ala, “Dan kepada dua orang ibu bapakmu...” karena mereka berdua telah berbuat baik kepadamu, maka kamu harus bersyukur kepada keduanya, yaitu berbakti, menyambung silaturahmi, dan taat kepada keduanya dalam hal yang ma’ruf dan bukan dalam rangka maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mentaati  dan mensyukuri Allah adalah ketaatan serta syukur pertama kali yang harus dilakukan sebelum menaati dan mensyukuri kedua orangtua.
                Firman Allah Ta’ala, “Hanya kepadaku-lah kembalimu...” setelah kematian. Kalimat ini adalah sebagai pengauat atas kewajiban bersyukur kepada Allah Ta’ala dan berbakti kepada kedua orangtua. Karena ayat ini mengandung kabar dan ancaman. Jadi, orang yang bertaqwa, yang kembali kepada Allah dia akan dimuliakan, sedangkan orang yang bermaksiat akan dihinakan-Nya. Dan selagi manusia akan kembali kepada Allah ( manusia pasti kembali kepada-Nya ) maka berbuat taat, bersyukur kepada-Nya dan kepada kedua orangtua adalah sesuatu yang wajib dan harus dilakukan.


قوله تعالى : و إن جاهدك على ان تشرك بي ما ليس لك به علم فلا تطعهما وصا حبهما في الدنيا معروفا واتّبع سبيل من ا نا ب اليّ ثمّ اليّ مرجعكم فانبّئكم بما كنتم تعملون (15)                                                                                                                  dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
                Firman Allah Ta’ala, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan perlakukanlah keduanya di dunia dengan baik...” Maksudnya jika mereka berdua memaksa dan berusaha membawamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak engkau ketahui tentangnya, yakni segala macam bentuk kesyirikan, karena syirik bukan dalam bentuk ibadah saja maka janganlah taati keduanya dalam hal itu untuk selamanya. “Dan perlakukanlah keduanya di dunia...” ini dengan baik, yaitu berbakti kepada keduanya, menyambung silaturahmi, dan taat kepada keduanya dalam hal ma’ruf bukan dalam hal maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan firman Allah Ta’ala, “Dan ikutilah  jalan orang yang kembali kepada-ku...”  Maksudnya, ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-ku yaitu orang yang mengesakan Aku, beribadah, dan berdakwah di jalan, yakni ialah Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam dan agamnya. Peristiwa itu terjadi sebelum ibunya masuk islam. Dan ibunya berusaha semaksimal mungkin membujuk anaknya Sa’ad Radhiyallahu Anhu. Dan Firman-Nya, “Kemudian hanya kepadaku-lah kembalimu...”  semuanya. Lalu kami memberitahukan kepada kalian tentang apa yang pernah kalian kerjakan, kami akan membalas amal yang shalih dengan kebaikan, dan perbuatan yang jahat dengan keburukan yaitu neraka. Maka bertaqwalah kepada-ku, yakni dengan berbuat taat, dan mengesakan-ku, karena kepada-ku lah kembalinya segala
                  قوله تعالى : يبنيّ انّها ان تك مثقال حبة من خردل فتكن في صخرة او في السّماوات او في الأرض يأت بها الله لطيف خبير   (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. (Ayat 16 )
                Konteks pembicaraan masih berkisar tentang cerita Luqman ‘Alaihissalam. Allah Ta’ala berfirman yakni mengabarkan tentang ucapan Luqman kepada anaknya, Tsaran, “Hai anakku, sesungguhnya jika ada ( sesuatu perbuatan ) seberat biji sawi...” Yakni kebaikan atau keburukan seberat biji sawi, “ Dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya...” yaitu menghisab dan membalasnya. “Sesungguhnya Allah Maha Halus...” Yakni Maha lembut dalam mengeluarkannya dari batu tersebut “ Maha Mengetahui “ dimana tempatnya. Oleh sebab itu hendaknya engkau melakukan amal shalih, menjauhi kejelekan-kejelekan, dan percayalah terhadap balasan Allah Yang Maha Adil lagi Maha Penyayang.
                Sedangkan menurut Muhammad Thalib, yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah Allah Maha Mengetahui benda sekecil apapun, dan maksud kata Allah Maha Mengetahui ialah Allah mengawasi segala perbuatan hamba Nya
     قوله   تعالى : يبنيّ اقم الصّلاة وأمر بالمعروف وانه عن المنكر واصبر على مآاصا بك انّ ذلك من عزم الاُمور
 Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).  (ayat 17)
                Adapun ayat 17 mengandung perintah terhadap anaknya untuk mendirikan shalat, memerintahkan kepada yang baik, dan bersabar dalam menghadapi gangguan. Allah  mengabarkan tentang dia dalam firman-Nya, “Hai anakku, dirikanlah shalat...” kerjakanlah shalat wajibdan sunnah sesuai dengan syarat, rukun-rukun, dan sunnah-sunnahnya. “Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik...” Yakni melaukan ketaatan kepada Allah yaitu apa yang Dia wajibkan kepada hamba-hamba-Nya. “Dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar...” yaitu sesuatu yang diharamkan Allah terhadap hamba-hambaNya berupa keyakinan perkataan dan perbuatan. “Dan bersabarlah terhadap apayang menimpa kamu...” yaitu dari gangguan orang-orang yang telah kamu perintahkan berbuat baik dan yang kamu larang berbuat mungkar. Dan firman Allah Ta’ala,”Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” Maksudnya, sesungguhnya mendirikan shalat, memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, dan bersabar dari segala gangguan adakag sesuatu yang diwajibkan Allah yang harus dilakukan dengan kesungguhan hati.
قوله تعالى : ولا تصعّر خدّك للتاس ولا تمش في الارض مرحا انّ الله لا يحب كلّ مختال فخور (18)                                      dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

                Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)...” Ini adalah nasehat Luqman kepada anaknya. Dia melarang anaknya untuk melakukan beberapa sifat tercela di antaranya adalah sombong kepada manusia. Dia  mengajak orang lain berbicara tetapi dia memalingkan muka, mendongakkan wajahnya ketika berjalan dengan sombong, angkuh dan merasa benar, bangga terhadap nikmat tetapi tidak mensyukuri-Nya. Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Ini juga merupakan nasehat Luqman kepada anaknya ketika melarangnya dari berlaku sombong, angkuh dan berbangga diri. Dia memberitahukannya bahwa Allah tidak menyukai orang yang seperti ini, hingga anak yang dinasehatinya itu menjauhi sifat-sifat yang tidak baik.
قوله تعالى : واقصد في مشيك واغضض من صوتك انّ انكر الاصوات لصوت الحمير (19   )                                               dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
        Firman-Nya, “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan...” berjalanlah dengan tenang, tidak tergesa-gesa , ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat. Karena kata al iqtishad (sederhana) adalah lawannya berlebihan. Firman-Nya “Dan lunakkan-lah suaramu...” Luqman juga menasehati anaknya untuk melunakkan suaranya dan tidak mengeraskannya kecuali terpaksa. Seperti orang yang sederhana dia tidak mengeluarkan uangnya kecuali ada kebutuhan. Dan firman-Nya, “Sesungguhnya seburuk-buruk suar ialah suara keledai.”  Dia menyebutkan gambaran seperti ini agar anaknya menghindarkan diri dari suara yang keras kecuali terpaksa. Karena sejelek-jelek suara adalah suara keledai, sebab jika keledai meringkik ia bersuara sangat keras. Inilah adalah akhir dari kisah Luqman yang shalih, yang Allah ceritakan melalui firman-Nya.

2.2 Faidah Surat Luqman ayat 12 -19
a.       Penetapan tauhid dan ancaman terhadap perbuatan syirik.
b.      Penjelasan tentang hikmah yaitu bersyukur kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan mengingat-Nya. Karena tidaklah bersyukur kecuali orang yang berakal lagi berilmu.
c.       Anjuran untuk memberi nasehat dan petunjuk, baik kepada orang dewasa, anak kecil, saudara dekat maupun saudara jauh.
d.      Besarnya perkara syirik dan itu merupakan suatu kedzaliman yang sangat besar.
e.      Penjelasan tentang lamanya menyusui yaitu sekitar dua tahun dan tidak lebih.
f.        Kewajiban berbakti kepada kedua orangtua dan menyambung silaturahmi dengan keduanya.
g.       Penetapan prinsip bahwa “ Tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam rangka bermaksiat kepada sang khaliq.”[2] Dan tidak mentaati kedua orangtua kecuali dalam hal yang baik saja.
h.      Kewajiban mengikuti jalan orang-orang beriman dari kalangan ahli sunnah wal jama’ah, dan diharamkannya mengikuti jalan para pelaku (ahli) bid’ah dan kesesatan.
i.         Kewajiban untuk merasa selalu diawasi oleh Allah dan tidak meremehkan kebaikan dan kejelekan, meskipun kecil dan sedikit.
j.        Kewajiban mendirikan shalat, ,memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, bersabar terhadap resiko yang dihadapi ketika memerintahkan orang lain melaukan amar ma’ruf nahi mungkar.
k.       Haram berlaku sombong dan angkuh dalam berjalan. Kewajiban untuk bersikap tenang dalam berjalan, tidak terlalu cepat dan juga terlalu lambat. Melunakkan suara, dan sesuai dengan kebutuhan.
     
2.3  Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqman Ayat 12-19         

  1. Menanamkan keimanan dan ketauhidan kepada anak.
  2. Memerintahkan anak untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.
  3. Menanamkan rasa diawasi Allah.
  4. Menegakkan sholat.
  5. Melakukan amar maruf nahi mungkar.
  6. Sabar dalam menghadapi segala cobaan.
  7. Tidak bersikap sombong.
  8. Sederhana dalam berjalan dan berbicara.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                Dalam mendidik anak, kita harus tanamkan sejak dini tentang tauhid dan larangan berbuat syirik, kemudian dilanjutkan dengan ajaran islam lainnya tentang akhlak, seperti berbakti pada orng tua, syukur, tidak sombong dan berbicara dengan sopan. Serta tentang perbuatan yang wajib dilakukan oleh setiap muslim, seperti sholat dan amar ma’ruf nahi mungkar.
                Semua hal yang diajarkan kepada anak sejak dini tersebut haruslah disampaikan dengan halus, sebagaimana Luqman yang mengajarkan kepada anaknya dengan sangat lemah lembut.

3.2 Saran
                Sebagai guru maupun orang tua, marilah kita mendidik anak-anak kita dengan halus dan penuh hikmah sebagaimana Luqman mendidik anaknya, agar kita keluarga kita, dan anak didik kita dapat tumbuh denggan pemahaman yang tept seja dini tetang islam, sehingga kelak tidak tersesat dan dapat bersama meraih surgaNya. Amin.



[1] Muhammad Thalib,Al Qur’an Terjemah Tafsiriyah,Yogyakarta,ma’had An Nabawy:2012.512.
[2] Sebagaimana hadist yang mengatakan, “sesungguhnya ketaatan itu hanya terhadap yang ma’ruf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan yang sering dibaca...

Template developed by Confluent Forms LLC; more resources at BlogXpertise