Tulisan Lain
Menunggu...

4 November 2015

Tadrisul Qur'an: Tafsir Al-Fatihah

BAB I
PENDAHULUAN

Di masa sekarang banyak sekali ideologi-ideologi yang berkembang di masyarakat. Dan ideology tersebut bias berasal dari agama yang dianut, kepuasan terhadap fenomena di masyarakat itu sendiri, dan banyak lagi penyebabnya.
Dari ideologi-ideologi tersebut mengatur bagaimana para masyarakat yang menganut ide-ide itu untuk bertindak sesuai dengan ideologi yang dianutnya. Sehingga dengan begitu melahirkan suatu peradaban.
Peradaban menurut Syed Naquib al Attas yaitu keadaan kehidupan manusia bermasyarakat yang telah mencapai taraf kehalusan tatasusila dan kebudayaan yang luhur bagi seluruh masyarakatnya.[1]
Dari macam-macam ideologi tersebut adalah islam, yang membuat peradabannya sendiri yaitu peradaban islam. Peradaban islam berawal dari al Qu’an dan Sunnah Rasul, jadi peradaban islam berpegang teguh terhadap keduanya. Dalam membangun peradaban islam dibutuhkan visi tersendiri. Visi tersebut terkandung di dalam Surat al Fatihah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Terjemah Lafdziyah Surat Al Fatihah

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÊÈ   ßôJysø9$# ¬! Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ   Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÌÈ   Å7Î=»tB ÏQöqtƒ ÉúïÏe$!$# ÇÍÈ   x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ   $tRÏ÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ   xÞºuŽÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã ÎŽöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$# ÇÐÈ  
الرحيم
الرحمن
بسم الله
(yang) Maha penyayang
(yang) Maha Pengasih
Dengan menyebut nama Allah
رب العالمين
للله
الحمد
(yaitu) Tuhan seluruh alam
(itu adalah) milik Allah
(adapun)segala puji
مالك يوم الدين
الرحيم
الرحمن
(yang) menguasai hari pembalasan
(yang) Maha penyayang
(yang) Maha Pengasih
و اياك
نعبد
اياك
dan hanyalah Engkau (Allah)
menyembah (siapa) kami
hanyalah Engkau (Allah)
الصراط
اهدنا
نستعين
(kepada) jalan
tunjukilah (kepada) kami
memohon pertolongan (siapa) kami
اللذين انعمت
صراط
المستقيم
yang telah memberi nikmat (siapa) Engkau
(yaitu) jalan
(yang) lurus
عليهم
غير المغضوب
عليهم
atas mereka
(yaitu) bukan yang dimurkai
atas mereka


و لا الضالين


dan bukan orang-orang yang sesat

Adapun terjemah per ayatnya yaitu:

1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam
3. Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang
4. Yang menguasai hari Pembalasan
5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan
6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat

B.     Sejarah Turunnya  Surat Al Fatihah

Al-Wahidi menulis di dalam kitabnya Asbabun-Nuzul dan as-Tsa'labi di dalam tafsirnya riwayat dari Ali bin Abu Thalib , dia berkata bahwa kitab ini diturunkan di Mekkah, dari dalam suatu perbendaharaan di bawah 'Arsy.
Menurut suatu riwayat dari Abu Syaibah di dalam al-Mushan­naf dan Abu Nu'aim dan al-Baihaqi di dalam Dalailun- Nubuwwah,dan as-Tsa'labi dan al-Wahidi dari hadits Amer bin Syurahail , bahwa setelah Rasulullah s.a.w mengeluhkan pengalamannya di dalam gua hira’ setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah, lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada Waraqah, maka beliau ceritakan kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri didengarnya suara dari belakangnya: "Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhamad ! Mendengar suara itu akupun lari." Maka berkatalah Waraqah : "Jangan engkau berbuat begitu; tetapi jika engkau dengar suara itu , tetap tenanglah engkau, sehingga dapat engkau dengar apa lanjutan perkataannya itu ".[2]
Selanjutnya Rasulullah s.a.w berkata: "Maka datang lagi dia dan terdengar lagi suara itu : "Ya Muhammad ! Katakanlah : Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Alhamdulillahi-Rabbil­`Alamin, sehingga sampai kepada Waladh-Dhaalin". Demikian Hadits itu.
Abu Nu'aim di dalam ad-Dalaail meriwayatkan pula tentang seorang laki-laki dari Bani Salamah, dia berkata : "Tatkala pemuda ­pemuda Bani Salamah masuk Islam , dan masuk Islam pula anak dari Amer Jumawwah, berkatalah istri Amer itu kepadanya : "Sukakah engkau mendengarkan dari ayah engkau sesuatu yang telah diriwayatkan dari padanya ? "Anak itu lalu bertanya kepada ayahnya apakah agaknya riwayat tersebut lalu dibacanya : "Alhamdulillahi Rabbil `Alamin" (sampai ke akhir).
Adapun tempat dia diturunkannya Surat Al Fatihah , pendapat yang lebih kuat ialah yang menyatakan bahwa surat ini diturunkan di Mekkah. Sehingga disebut sebagai Surat Makkiyah.

C.     Kandungan Makna Surat Al Fatihah
Menurut Tafsir Ibnu Katsir,  kandungan makna dari Surat Al Fatihah adalah sebagai berikut:[3]
(Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang)
            (Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam), Abu Ja’far bin Jarir mengatakan: “Alhamdulillah berarti syukur kepada Allah swt. semata dan bukan kepada sesembahan selain-Nya, bukan juga kepada makhluk yang telah diciptakan-Nya, atas segala nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang tidak terhingga jumlahnya, dan tidak ada seorangpun selain Dia yang mengetahui jumlahnya. Berupa kemudahan berbagai sarana untuk mentaati-Nya dan anugerah kekuatan fisik agar dapat menunaikan kewajiban-kewajiban-Nya. Selain itu, pemberian rizki kepada mereka di dunia, serta pelimpahan berbagai nikmat dalam kehidupan, yang sama sekali mereka tidak memiliki hak atas hal itu, juga sebagai peringatan dan seruan kepada mereka akan sebab-sebab yang dapat membawa kepada kelanggengan hidup di surga tempat segala kenikmatan abadi. Hanya bagi Allah segala puji, baik di awal maupun di akhir.”
(Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang), Al-Qurthubi mengatakan: “Allah mensifati diri-Nya dengan ar-Rahman ar-Rahiim setelah Rabbul ‘alamiin, untuk menyelingi anjuran (targhib) sesudah peringatan (tarhib). Sebagaimana difirmankan-Nya yang artinya: “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang, dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih.” (al-Hijr: 49-50), Juga firmannya: “Sesungghnya Rabb-mu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (al-An’am: 165). Kata al-Qurthubi selanjutnya: “Ar-Rabb merupakan peringatan, sedangkan ar-Rahman ar-Rahim merupakan anjuran. Dalam shahih Muslim, disebutkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “Seandainya seorang Mukmin mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah, niscaya tidak seorangpun yang bersemangat untuk (meraih) surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya tidak akan ada seorangpun yang berputus asa untuk mendapatkan rahmat-Nya.”
(Yang menguasai hari Pembalasan), Sebagian qurra’ membaca: maliki yaumiddiin (dengan meniadakan alif setelah huruf mim). Sementara sebagian qurra’ lainnya membacanya dengan menggunakan alif setelah mim menjadi “maaliki”. Kedua bacaan itu benar, (dan) mutawathir dalam Qiraat Sab’ah. Pengkhususan kerajaan pada hari pembalasan tersebut tidak menafikan kekuasaan Allah atas kerajaan yang lain (kerajaan dunia), karena telah disampaikan sebelumnya bahwa Dia adalah Rabb semesta alam. Dan kekuasaan-Nya itu bersifat umum di dunia maupun di akhirat. Ditambahkannya kata “yaumiddiin” (hari pembalasan), karena hari itu tidak ada seorangpun yang dapat mengaku-aku sesuatu yang tidak juga dapat berbicara kecuali dengan seizin-Nya. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Pada hari ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shar, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Rabb yang Mahapemurah, dan ia mengucapkan kata yang benar.” (an-Naba’: 38)
(Hanya Engkaulah yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan), Para ahli qiraat Sab’ah dan jumhur ulama membacanya dengan memberikan tasydid pada huruf “ya” pada kata “iyyaaka”. Sedangkan kata “nasta-‘iin” dibaca dengan memfathahkan hurup “nun” yang pertama. Menurut bahasa, kata ibadah berarti tunduk patuh. Sedangkan menurut syariat, ibadah berarti ungkapan dari kesempurnaan cinta, ketundukan, dan ketakutan.
Iyyaaka na’budu; didahulukan dari: wa iyyaaka nasta’iin, karena ibadah kepdaa-Nya merupakan tujuan, sedangkan permohonan pertolongan hanya merupakan sarana untuk ibadah
(Tunjukilah Kami jalan yang lurus), Jumhur ulama membacanya dengan memakai huruf “Shad”. Ada pula yang membaca dengan huruf “zay” (azziraatha). Al-Farra’ mengatakan: “Ini merupakan bahasa bani ‘Udzrah dan bani Kalb.” Setelah menyampaikan pujian kepada Allah, dan hanya kepada-Nya permohonan ditujukan, maka layaklah jika hal itu diikuti dengan permintaan. Sebagaimana firman-Nya: “Setengah untuk-Ku dan setengah lainnya untuk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” Yang demikian itu merupakan keadaan yang amat sempurna bagi seorang yang mengajukan permintaan. Pertama ia memuji Rabb yang akan ia minta, kemudian memohon keperluannya sendiri dan keperluan saudara-saudaranya dari kalangan orang-orang yang beriman, melalui ucapannya: ihdinash shiraathal mustaqiim (“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”)
((yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat), Artinya, tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya. Yaitu mereka yang memperoleh hidayah, istiqamah, dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Bukan jalan orang-orang yang mendapat murka, yang kehendak mereka telah rusak sehingga meskipun mereka mengetahui kebenaran namun menyimpang darinya. Bukan juga jalan orang-orang yang sesat, yaitu orang-orang yang tidak memliki ilmu pengetahuan, sehingga mereka berada dalam kesesatan serta tidak mendapatkan jalan menuju kebenaran.

D.    Keadaan Masyarakat Muslim Indonesia
1.      Kurangnya rasa antusiasme terhadap keagungan Islam
Ini dapat dilihat dari keadaan masyarakat, dimana Islam biasa di nomor duakan, mereka lebih memilih cara-cara barat, yang notabene saat ini menguasai peradaban dunia. Muslim Indonesia terlena oleh kegemilangan peradaban barat saat ini, yang karena umat Muslim terdahulu yang turut andil membuat barat menjadi gemilang seperti sekarang.
2.      Krisis kebanggaan dalam Ber-islam
Terlihat sekarang bahwa remaja-remaja Indonesia, yang mayoritas muslim lebih cenderung meniru orang-orang non muslim. Mulai dari gaya rambut, berpakaian, sampai gaya hidup mereka. Mereka menganggap bahwa Islam itu sudah kuno, kaku dan tidak dapat berkembang. Media-media, baik cetak maupun elektronik yang terus mengekspos tentang perilaku barat membuat kebanggan ber-islam semakin merosot. Mereka lebih memilih bahasa selain arab untuk diperdalam. Bahasa arab mereka sampingkan walaupun itu menjadi bahasa Al qur’an dan Hadits-hadits Rasulullah yang menjadi pedoman hidup.
3.      Hilangnya harapan akan datangnya pertolongan dari Allah
Banyak masyarakat Muslim Indonesia mulai kehilangan harapan akan pertolongan Allah. Mereka lebih memilih jalan dalam menentukan pemecahan masalah melalui pemikirannya sendiri yang tidak berpegang pada Al Qur’an dan As Sunnah, dengan melalui pendekatan keorganisasian, dan penggunaan alat-alat modern secara berlebihan.[4] Ini mengakibatkan masyarakat Muslim mulai terjangkiti virus Liberal, sekuler, atau faham-faham lain yang merusak Islam.

E.     Tawaran Solusi
1.      Bersifat pemerintahan
a.       Para penguasa (ulama’ dan umaro’) selalu memberikan pemahaman syari’at Islam ke dalam masyarakat Muslim
b.      Para penguasa menjadikan dirinya sebagai fasilitator persatuan ummat Islam di Indonesia.
c.       Para penguasa (elit politik) dalam membuat peraturan lebih memperhatikan ummat Islam sebelum di sah kan.
d.      Para penguasa Muslim senantiasa memberikan wacana bahwa hanya dengan Islam-lah semua sejahtera.
e.       Memfasilitasi pendidikan dan pangkajian keislaman.


2.      Bersifat individual
a.       Selalu berusaha meningkatkan iman
b.      Rajin mengkaji syari’at Islam
c.       Selalu menanamkan rasa bangga menjadi seorang muslim
d.      Memperdalam pemahaman tentang Al Qur’an dan Sunnah rasul
e.       Menjadikan dirinya sebagai agen Rahmatan lil ‘aalamiin
f.       Senantiasa Fastabiqul Khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan)

F.      Visi Peradaban Islam Dengan Surat Al Fatihah
 Visi adalah suatu pernyataan tentang gambaran keadaan dan karakteristik yang ingin di capai oleh suatu lembaga pada jauh dimasa yang akan datang.[5] Sedangkan peradaban Islam yaitu keadaan masyarakat yang berlandaskan Islam dalam semua aspek  kehidupannya.
Visi peradaban Islam ini dapat diperoleh dengan mengamalkan Surat Al Fatihah dengan rincian sebagai berikut:
1.      Bismillah, berorientasi kepada tujuan kehidupan, dimana hanya Allah sebagai tempat menggantungkan tujuan hidup, bukan karena makhluk-makhluk Allah yang Fana( tidak kekal).
2.      Alhamdulillah, menunjukkan kehinaan manusia, dan hanya Allah-lah yang patut dipuji dan mendapatkan pujian tersebut. Dengan begitu tidak ada rasa kebanggaan dari manusia dan sifat riya. Karena merasa bangga dan sifat riya inilah membuat manusia lali akan Tuhannya yang patut dipuji setiap saat.
3.      Yaumuddin, Ibadah, ista’anah (permohonan pertolongan), dengan mengingat adanya hari pembalasan, maka manusia akan selalu beribadah untuk bekal pada hari tersebut, serta meminta pertolongan hanya kepada Allah dalam menjalani kehidupannya di dunia. Serta berjamaah dalam beribadah kepada Allah.
4.      Hidayah (petunjuk), selalu meminta petunjuk agar seperti orang-orang yang Allah beri kenikmatan dan bukan dimurkai serta dijadikan sesat.
Dari uraian tersebut, bias dijelaskan bahwa peradaban Islam dapat diperoleh jika masyarakat Muslim menggantungkan hidup dan kehidupannya hannya kepada Allah semata.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Surat Al Fatihah terdiri dari 7 ayat dan diturunkan di Makkah. Surat Al Fatihah turun setelah Rasulullah menceritakan pengalamannya selama di gua Hira kepada Khadijah.
Surat Al Fatihah berisi tentang tujuan kehidupan yang hanya kepada Allah, sifat Allah yang pengasih dan penyayang, akan adanya hari pembalasan, ibadah dan permohonan pertolongan hanya kepada Allah, permintaan petunjuk agar nantinya tidak di murkai Allah dan jadi orang-orang yang sesat.
Paradaban Islam dapat diraih dengan mengamalkan Surat Al Fatihah dengan sempurna.






[3] http://alquranmulia.wordpress.com/2013/08/28/tafsir-ibnu-katsir-surah-al-quran/

[4] Masyhud. Diktat Mata Kuliah metode Berislam. Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al Hakim. Surabaya. Hal.71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulisan yang sering dibaca...

Template developed by Confluent Forms LLC; more resources at BlogXpertise