BAB I
PENDAHULUAN
Di masa sekarang banyak sekali
ideologi-ideologi yang berkembang di masyarakat. Dan ideology tersebut bias
berasal dari agama yang dianut, kepuasan terhadap fenomena di masyarakat itu
sendiri, dan banyak lagi penyebabnya.
Dari ideologi-ideologi tersebut mengatur
bagaimana para masyarakat yang menganut ide-ide itu untuk bertindak sesuai
dengan ideologi yang dianutnya. Sehingga dengan begitu melahirkan suatu
peradaban.
Peradaban menurut Syed Naquib al Attas
yaitu keadaan
kehidupan manusia bermasyarakat yang telah mencapai taraf kehalusan tatasusila
dan kebudayaan yang luhur bagi seluruh masyarakatnya.[1]
Dari
macam-macam ideologi tersebut adalah islam, yang membuat peradabannya sendiri
yaitu peradaban islam. Peradaban islam berawal dari al Qu’an dan Sunnah Rasul,
jadi peradaban islam berpegang teguh terhadap keduanya. Dalam membangun
peradaban islam dibutuhkan visi tersendiri. Visi tersebut terkandung di dalam
Surat al Fatihah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terjemah Lafdziyah Surat Al Fatihah
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÊÈ ßôJysø9$# ¬! Å_Uu úüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÌÈ Å7Î=»tB ÏQöqt ÉúïÏe$!$# ÇÍÈ x$Î) ßç7÷ètR y$Î)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ $tRÏ÷d$# xÞºuÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ xÞºuÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã Îöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ wur tûüÏj9!$Ò9$# ÇÐÈ
|
الرحيم
|
الرحمن
|
بسم الله
|
|
(yang) Maha penyayang
|
(yang) Maha Pengasih
|
Dengan menyebut nama Allah
|
|
رب
العالمين
|
للله
|
الحمد
|
|
(yaitu) Tuhan seluruh alam
|
(itu adalah) milik Allah
|
(adapun)segala
puji
|
|
مالك يوم
الدين
|
الرحيم
|
الرحمن
|
|
(yang) menguasai hari pembalasan
|
(yang) Maha penyayang
|
(yang) Maha Pengasih
|
|
و اياك
|
نعبد
|
اياك
|
|
dan hanyalah Engkau (Allah)
|
menyembah (siapa) kami
|
hanyalah Engkau (Allah)
|
|
الصراط
|
اهدنا
|
نستعين
|
|
(kepada) jalan
|
tunjukilah (kepada) kami
|
memohon pertolongan (siapa) kami
|
|
اللذين
انعمت
|
صراط
|
المستقيم
|
|
yang telah memberi nikmat (siapa) Engkau
|
(yaitu) jalan
|
(yang) lurus
|
|
عليهم
|
غير
المغضوب
|
عليهم
|
|
atas mereka
|
(yaitu) bukan yang dimurkai
|
atas mereka
|
|
|
|
و لا
الضالين
|
|
|
|
dan bukan orang-orang yang sesat
|
Adapun terjemah per ayatnya yaitu:
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih, lagi Maha Penyayang
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh
alam
3. Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang
4. Yang menguasai hari Pembalasan
5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah dan
hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan
6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat
B. Sejarah Turunnya Surat Al Fatihah
Al-Wahidi menulis di dalam kitabnya Asbabun-Nuzul dan as-Tsa'labi di dalam tafsirnya riwayat dari Ali bin
Abu Thalib , dia berkata bahwa kitab ini diturunkan di Mekkah, dari dalam suatu
perbendaharaan di bawah 'Arsy.
Menurut suatu riwayat dari Abu Syaibah di dalam al-Mushannaf dan Abu Nu'aim dan al-Baihaqi di dalam Dalailun- Nubuwwah,dan as-Tsa'labi dan al-Wahidi dari hadits Amer bin
Syurahail , bahwa setelah Rasulullah s.a.w mengeluhkan pengalamannya di dalam
gua hira’ setelah menerima wahyu pertama, kepada
Khadijah, lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada Waraqah, maka beliau
ceritakan kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri didengarnya
suara dari belakangnya: "Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhamad ! Mendengar
suara itu akupun lari." Maka berkatalah Waraqah : "Jangan engkau
berbuat begitu; tetapi jika engkau dengar suara itu , tetap tenanglah engkau,
sehingga dapat engkau dengar apa lanjutan perkataannya itu ".[2]
Selanjutnya Rasulullah s.a.w berkata: "Maka datang lagi dia dan
terdengar lagi suara itu : "Ya Muhammad ! Katakanlah : Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Alhamdulillahi-Rabbil`Alamin, sehingga sampai kepada Waladh-Dhaalin". Demikian Hadits itu.
Abu Nu'aim di dalam ad-Dalaail meriwayatkan pula tentang seorang laki-laki
dari Bani Salamah, dia berkata : "Tatkala pemuda pemuda Bani Salamah
masuk Islam , dan masuk Islam pula anak dari Amer Jumawwah, berkatalah istri
Amer itu kepadanya : "Sukakah engkau mendengarkan dari ayah engkau sesuatu
yang telah diriwayatkan dari padanya ? "Anak itu lalu bertanya kepada
ayahnya apakah agaknya riwayat tersebut lalu dibacanya : "Alhamdulillahi Rabbil `Alamin" (sampai ke akhir).
Adapun tempat dia diturunkannya Surat Al Fatihah , pendapat yang lebih kuat ialah yang
menyatakan bahwa surat ini diturunkan di Mekkah. Sehingga disebut sebagai Surat
Makkiyah.
C. Kandungan Makna Surat Al Fatihah
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, kandungan makna dari Surat Al Fatihah adalah
sebagai berikut:[3]
(Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, lagi
Maha Penyayang)
(Segala
puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam), Abu Ja’far bin Jarir mengatakan:
“Alhamdulillah berarti syukur kepada Allah swt. semata dan bukan kepada
sesembahan selain-Nya, bukan juga kepada makhluk yang telah diciptakan-Nya,
atas segala nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang tidak
terhingga jumlahnya, dan tidak ada seorangpun selain Dia yang mengetahui
jumlahnya. Berupa kemudahan berbagai sarana untuk mentaati-Nya dan anugerah
kekuatan fisik agar dapat menunaikan kewajiban-kewajiban-Nya. Selain itu,
pemberian rizki kepada mereka di dunia, serta pelimpahan berbagai nikmat dalam
kehidupan, yang sama sekali mereka tidak memiliki hak atas hal itu, juga
sebagai peringatan dan seruan kepada mereka akan sebab-sebab yang dapat membawa
kepada kelanggengan hidup di surga tempat segala kenikmatan abadi. Hanya bagi
Allah segala puji, baik di awal maupun di akhir.”
(Yang
Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang), Al-Qurthubi mengatakan: “Allah
mensifati diri-Nya dengan ar-Rahman ar-Rahiim setelah Rabbul ‘alamiin, untuk
menyelingi anjuran (targhib) sesudah peringatan (tarhib). Sebagaimana
difirmankan-Nya yang artinya: “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa
sesungguhnya Akulah Yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang, dan bahwa
sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih.” (al-Hijr: 49-50), Juga
firmannya: “Sesungghnya Rabb-mu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia
Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (al-An’am: 165). Kata al-Qurthubi
selanjutnya: “Ar-Rabb merupakan peringatan, sedangkan ar-Rahman ar-Rahim
merupakan anjuran. Dalam shahih Muslim, disebutkan hadits yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “Seandainya seorang Mukmin
mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah, niscaya tidak seorangpun yang
bersemangat untuk (meraih) surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui
rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya tidak akan ada seorangpun yang berputus
asa untuk mendapatkan rahmat-Nya.”
(Yang
menguasai hari Pembalasan), Sebagian qurra’ membaca: maliki
yaumiddiin (dengan meniadakan alif setelah huruf mim). Sementara sebagian
qurra’ lainnya membacanya dengan menggunakan alif setelah mim menjadi
“maaliki”. Kedua bacaan itu benar, (dan) mutawathir dalam Qiraat Sab’ah.
Pengkhususan kerajaan pada hari pembalasan tersebut tidak menafikan kekuasaan
Allah atas kerajaan yang lain (kerajaan dunia), karena telah disampaikan
sebelumnya bahwa Dia adalah Rabb semesta alam. Dan kekuasaan-Nya itu bersifat
umum di dunia maupun di akhirat. Ditambahkannya kata “yaumiddiin” (hari
pembalasan), karena hari itu tidak ada seorangpun yang dapat mengaku-aku
sesuatu yang tidak juga dapat berbicara kecuali dengan seizin-Nya. Sebagaimana firman
Allah yang artinya: “Pada hari ketika ruh dan para malaikat berdiri
bershaf-shar, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin
kepadanya oleh Rabb yang Mahapemurah, dan ia mengucapkan kata yang benar.”
(an-Naba’: 38)
(Hanya
Engkaulah yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan),
Para ahli qiraat Sab’ah dan jumhur ulama membacanya dengan memberikan tasydid
pada huruf “ya” pada kata “iyyaaka”. Sedangkan kata “nasta-‘iin” dibaca dengan
memfathahkan hurup “nun” yang pertama. Menurut bahasa, kata ibadah berarti
tunduk patuh. Sedangkan menurut syariat, ibadah berarti ungkapan dari
kesempurnaan cinta, ketundukan, dan ketakutan.
Iyyaaka
na’budu; didahulukan dari: wa iyyaaka nasta’iin, karena ibadah kepdaa-Nya
merupakan tujuan, sedangkan permohonan pertolongan hanya merupakan sarana untuk
ibadah
(Tunjukilah
Kami jalan yang lurus), Jumhur ulama membacanya dengan memakai huruf
“Shad”. Ada pula yang membaca dengan huruf “zay” (azziraatha). Al-Farra’
mengatakan: “Ini merupakan bahasa bani ‘Udzrah dan bani Kalb.” Setelah
menyampaikan pujian kepada Allah, dan hanya kepada-Nya permohonan ditujukan,
maka layaklah jika hal itu diikuti dengan permintaan. Sebagaimana firman-Nya:
“Setengah untuk-Ku dan setengah lainnya untuk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa
yang ia minta.” Yang demikian itu merupakan keadaan yang amat sempurna bagi
seorang yang mengajukan permintaan. Pertama ia memuji Rabb yang akan ia minta,
kemudian memohon keperluannya sendiri dan keperluan saudara-saudaranya dari
kalangan orang-orang yang beriman, melalui ucapannya: ihdinash shiraathal
mustaqiim (“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”)
((yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat),
Artinya, tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat kepadanya. Yaitu mereka yang memperoleh hidayah,
istiqamah, dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta mengerjakan
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Bukan jalan orang-orang yang
mendapat murka, yang kehendak mereka telah rusak sehingga meskipun mereka
mengetahui kebenaran namun menyimpang darinya. Bukan juga jalan orang-orang
yang sesat, yaitu orang-orang yang tidak memliki ilmu pengetahuan, sehingga
mereka berada dalam kesesatan serta tidak mendapatkan jalan menuju kebenaran.
D. Keadaan Masyarakat Muslim Indonesia
1. Kurangnya rasa antusiasme terhadap keagungan Islam
Ini dapat
dilihat dari keadaan masyarakat, dimana Islam biasa di nomor duakan, mereka
lebih memilih cara-cara barat, yang notabene saat ini menguasai peradaban
dunia. Muslim Indonesia terlena oleh kegemilangan peradaban barat saat ini,
yang karena umat Muslim terdahulu yang turut andil membuat barat menjadi gemilang
seperti sekarang.
2. Krisis kebanggaan dalam Ber-islam
Terlihat
sekarang bahwa remaja-remaja Indonesia, yang mayoritas muslim lebih cenderung
meniru orang-orang non muslim. Mulai dari gaya rambut, berpakaian, sampai gaya
hidup mereka. Mereka menganggap bahwa Islam itu sudah kuno, kaku dan tidak
dapat berkembang. Media-media, baik cetak maupun elektronik yang terus
mengekspos tentang perilaku barat membuat kebanggan ber-islam semakin merosot.
Mereka lebih memilih bahasa selain arab untuk diperdalam. Bahasa arab mereka
sampingkan walaupun itu menjadi bahasa Al qur’an dan Hadits-hadits Rasulullah
yang menjadi pedoman hidup.
3. Hilangnya harapan akan datangnya pertolongan dari Allah
Banyak
masyarakat Muslim Indonesia mulai kehilangan harapan akan pertolongan Allah. Mereka
lebih memilih jalan dalam menentukan pemecahan masalah melalui pemikirannya
sendiri yang tidak berpegang pada Al Qur’an dan As Sunnah, dengan melalui
pendekatan keorganisasian, dan penggunaan alat-alat modern secara berlebihan.[4]
Ini mengakibatkan masyarakat Muslim mulai terjangkiti virus Liberal, sekuler,
atau faham-faham lain yang merusak Islam.
E. Tawaran Solusi
1. Bersifat pemerintahan
a. Para penguasa (ulama’ dan umaro’) selalu memberikan pemahaman
syari’at Islam ke dalam masyarakat Muslim
b. Para penguasa menjadikan dirinya sebagai fasilitator persatuan
ummat Islam di Indonesia.
c. Para penguasa (elit politik) dalam membuat peraturan lebih
memperhatikan ummat Islam sebelum di sah kan.
d. Para penguasa Muslim senantiasa memberikan wacana bahwa hanya
dengan Islam-lah semua sejahtera.
e. Memfasilitasi pendidikan dan pangkajian keislaman.
2. Bersifat individual
a. Selalu berusaha meningkatkan iman
b. Rajin mengkaji syari’at Islam
c. Selalu menanamkan rasa bangga menjadi seorang muslim
d. Memperdalam pemahaman tentang Al Qur’an dan Sunnah rasul
e. Menjadikan dirinya sebagai agen Rahmatan lil ‘aalamiin
f. Senantiasa Fastabiqul Khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan)
F. Visi Peradaban Islam Dengan Surat Al Fatihah
Visi adalah
suatu pernyataan tentang gambaran keadaan dan karakteristik yang ingin di capai
oleh suatu lembaga pada jauh dimasa yang akan datang.[5]
Sedangkan peradaban Islam yaitu keadaan masyarakat yang berlandaskan Islam
dalam semua aspek kehidupannya.
Visi peradaban Islam ini dapat diperoleh dengan mengamalkan
Surat Al Fatihah dengan rincian sebagai berikut:
1. Bismillah, berorientasi kepada tujuan kehidupan, dimana hanya
Allah sebagai tempat menggantungkan tujuan hidup, bukan karena makhluk-makhluk
Allah yang Fana( tidak kekal).
2. Alhamdulillah, menunjukkan kehinaan manusia, dan hanya
Allah-lah yang patut dipuji dan mendapatkan pujian tersebut. Dengan begitu
tidak ada rasa kebanggaan dari manusia dan sifat riya. Karena merasa bangga dan
sifat riya inilah membuat manusia lali akan Tuhannya yang patut dipuji setiap
saat.
3. Yaumuddin, Ibadah, ista’anah (permohonan pertolongan), dengan
mengingat adanya hari pembalasan, maka manusia akan selalu beribadah untuk
bekal pada hari tersebut, serta meminta pertolongan hanya kepada Allah dalam
menjalani kehidupannya di dunia. Serta berjamaah dalam beribadah kepada Allah.
4. Hidayah (petunjuk), selalu meminta petunjuk agar seperti
orang-orang yang Allah beri kenikmatan dan bukan dimurkai serta dijadikan
sesat.
Dari uraian tersebut, bias dijelaskan bahwa peradaban Islam
dapat diperoleh jika masyarakat Muslim menggantungkan hidup dan kehidupannya
hannya kepada Allah semata.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Surat Al
Fatihah terdiri dari 7 ayat dan diturunkan di Makkah. Surat Al Fatihah turun
setelah Rasulullah menceritakan pengalamannya selama di gua Hira kepada
Khadijah.
Surat Al
Fatihah berisi tentang tujuan kehidupan yang hanya kepada Allah, sifat Allah
yang pengasih dan penyayang, akan adanya hari pembalasan, ibadah dan permohonan
pertolongan hanya kepada Allah, permintaan petunjuk agar nantinya tidak di
murkai Allah dan jadi orang-orang yang sesat.
Paradaban
Islam dapat diraih dengan mengamalkan Surat Al Fatihah dengan sempurna.
[4] Masyhud. Diktat Mata
Kuliah metode Berislam. Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al Hakim.
Surabaya. Hal.71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar